RSS
Facebook
Twitter

Sunday 29 July 2012

Konsep Dasar Keperawatan Gerontik

A. Pengertian 
Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat menjalankan pada tiap tatanan pelayanan ( di rumah sakit rumah, dan panti ) dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif. ( lueckerotte,2000) Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit . 

baca artikel lainya tentang Pengkajian Model 3 Dimensi Lansia klik Disini

B. Tujuan
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik. 

C. Lingkup Peran dan Tanggung Jawab 
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Lingkup askep gerontik meliputi: 
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan 
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan 
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan. Apa yang merupakan tanggung-jawab etis khusus perawat yang merawat perempuan lansia? 
Beberapa pendapat menyatakan bahwa masyarakat dan anggotanya membawa tanggung-jawab khusus untuk menanggapi kebutuhan populasi yang rentan. Menurut salah satu pendapat suatu kewajiban untuk melindungi seseorang di bawah ancaman bahaya diterapkan tidak hanya untuk kesejahteraan material yang berbahaya, tetapi terhadap perasaan, citra diri, atau kehormatan diri terutama yang rentan terhadap cedera. Berkembangnya argumentasi ini pada pelayanan kesehatan, bisa menjadikan anggapan bahwa perawat dan para tenaga kesehatan lainnya mempunyai kewajiban lebih kuat terhadap pasien lansia. Mengingat semua pasien rentan karena penyakit mereka, pasien lansia berada pada risiko ganda. Mereka mudah terkena serangan tidak hanya berdasarkan keadaan sakit, tetapi juga karena menjadi lebih tua di dalam suatu masyarakat yang mengevaluasikan dan mendiskriminasikan lansia. 
Perempuan lansia bahkan lebih peka karena stereotip negatif penuaan, mungkin lebih kasar berlaku untuk mereka dan memungkin lebih berbahaya ketika diterapkan. 
Keadaan pasien seperti itu didasarkan kepada diskriminasi jenis kelamin dalam masyarakat yang lebih besar dan dalam lingkungan pelayanan kesehatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, beberapa pakar menghimbau perawat gerontik dan tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien lansia mempunyai tanggung jawab untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 
1. Menentang mitos dan pandangan streotip dihubungkan dengan penuaan 
2. Membedakan suatu ciri proses penuaan yang sehat dari penyak 
3. Memeriksa faktor psikologis sosial dan biologis yang mempengaruhi penuaan yang sehat 
4. Mengembangkan strategi untuk melindungi, meningkatkan, dan memelihara kesehatan wanita lanjut usia 
5. Memurnikan suatu konsep kesehatan fungsional dengan mengetahui pribadi, juga sumber daya lingkungan dan menekankan potensi pertumbuhan penuaan wanita pada semua tingkat kesehatan. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu (Kozier Barbara, 1995). 

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut: 
1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan klien secara holistik, meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal. 

2. Sebagai Pendidik klien lansia Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien lansia yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya. Perawat menjalankan peran sebagai pendidik ketika klien, keluarga atau kelompok masyarakat dianggap memerlukan pengajaran. Hubungan pengajar - orang yang belajar adalah tingkatan lebih lanjut dari hubungan pertolongan perawatan. Di dalam hubungan saling ketergantungan ini akan terbangun suatu kepercayaan. Perawat membangun rasa percaya tersebut dengan berbagi pandangan objektif klien. Peran ini, dapat dalam bentuk penyuluhan kesehatan, maupun bentuk desiminasi ilmu kepada klien 

3. Sebagai komunikasi ( comunicator ) Setiap perawat yang berkeinginan menjadi perawat yang memberikan perawatan secara efektif, hal pertama yang harus dipelajari adalah cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik menjadikan perawat mengetahui tentang klien mereka yang akhirnya mampu mendiagnosa dan menemukan hal - hal yang mereka butuhkan selama proses perawatan. 

4. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat. 

5. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien (Coordinator) Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas c. Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan. 6. Rehabilitator Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka dan perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut. Rentang aktivitas rehabilitatif dan restoratif mulai dari mengajar klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai membantu klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis. 

7. Pembuat keputusan klinik ( Collabolator ) Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berpikir secara kritis melalui proses keperawatan. Perawat membuat keputusan ini sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya ( Keeling dan Ramos, 1995 ) 

8. Sebagai Caring Tanggung-jawab etis seorang perawat secara umum telah diuraikan dalam kaitannya dengan caring dan perlindungan. Reverby melacak sejarah keperawatan Amerika pada awal abad ke-19. Selama waktu tersebut, hampir tiap-tiap perempuan menghabiskan sebagian dari hidupnya untuk memperhatikan macam-macam penyakit dan kelemahan teman-teman dan sanak keluarga. Pada saat keperawatan dikenal sebagai suatu pekerjaan professional dan tempat dalam merawat dipindahkan dari rumah sakit, tugas merawat ditafsirkan berarti ketaatan terhadap perintah dokter. Menurut Reverby, caring keperawatan baru-baru ini telah mengalami suatu perubahan bentuk. Berbeda dari sebelumnya, sekarang akan ditemui perawat menuntut hak untuk menentukan bagaimana tugas merawat didapatkan. Sekarang perawat menginginkan suatu model caring yang menyertakan hak-hak terhadap otonomi dengan nilai-nilai ideal tradisional mengenai hubungan dan azas mengutamakan orang lain. Pakar teori ilmu perawatan modern yang melanjutkan untuk mengidentifikasi caring sebagai hal yang utama untuk merawat juga menekankan bahwa teori ilmu keperawatan itu harus dibangun dari praktek keperawatan dibandingkan dengan gambaran ideal dalam keperawatan. Benner dan Wrubel sebagai contoh, mengembangkan penafsiran teori caring keperawatan dari pengamatan empiris dalam praktik keperawatan. Mereka mendefenisikan caring sebagai suatu perhatian kepada orang lain, peristiwa, pekerjaan, dan hal-hal lain. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa caring memungkinkan untuk keperawatan karena memadukan pemikiran, perasaaan, dan tindakan serta memberikan arah dan motivasi untuk perawat. Swanson juga mengemukan suatu model induktif caring. 

Menurut model ini, caring memberikan bantuan dengan suatu cara yang memelihara martabat manusia, mempertahankan kemanusiaan, dan menghindari penurunan status moral seseorang. Caring, menurut Swanson, melibatkan lima komponen:
 a. Mengetahui atau berusaha keras untuk memahami suatu peristiwa sebagai sesuatu yang yang mempunyai arti dalam hidup orang lain 
b. Mendukung atau menunjukan keberadaan secara emosional kepada yang lain
 c. Mengurus atau melakukan sehingga orang lain akan melakukan untuk dirinya jika itu mungkin 
d. Memungkinkan atau memudahkan orang lain melalui pergantian hidup dan peristiwa yang lazim
e. Mempertahankan kepercayaan yang mengisyaratkan kepercayaan dalam kapasitas lain untuk melalui suatu pergantian atau peristiwa untuk menghadapi masa depan yang terpenuhi. 

Walaupun sebagai keperawatan sering dihubungkan dengan fungsi pelayanan, baik dokter maupun perawat peduli tentang dan untuk pasien dan caring adalah pusat tujuan pelayanan kesehatan yang etis. Selain itu, karena keterampilan untuk perawat secara medis dan secara teknis lompleks. Praktek keperawatan telah meningkat dari keperawatan domestik yang lebih sederhana di dalam rumah menjadi pembedahan dan anastesi didalam unit perawatan intensif (UFI) yang modern. Akhirnya, caring dan tidak hanya meliputi membantu orang lain, tapi juga menahan diri dari mengunakan berbagai bentuk terapi dan pengobatan. 

9. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan. Bertentangan dengan beberapa ahli yang memandang caring sebagai pusat keperawatan. Anas membantah bahwa suatu kiasan baru mengenai keprawatan sebagai advokasi harus menggantikan model tradisional sedangkan model keperawatan menekankan tanggapan untuk memberikan respon terhadap rasa sakit dan penderitaan, advokasi, menekankan rasa hormat pada pasien dan mempertahankan hak hukum pasien. Pada model ini, perawat secara ideal memiliki pengetahuan tentang hak-hak pasien dan bersiap untuk meredam perselisihan dengan maksud untuk perlindungan dan melindungi pasien terhadap penyalahgunaan hak-hak. Secara khusus, hak-hak yang harus dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang termaksud dalam American hospital Ascociation Bill of Right yang dinyatakan pada tahun 1973 . 
Hak – hak pasien : 
a. Pasien mempunyai hak untuk mendapat perhatian dan pelayanan yang terhormat. 
b. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang lengkap yang berdasarkan hasil diagnosis, pengobatan dan prognosis dari dokternya sehingga pasien paham 
c. Pasien mempunyai hak untuk menerima informasi yang diperlukan dari dokternya untuk persetujuan tindakan sebelum memulai segala prosedur dan pengobatan. d. Pasien mempunyai hak untuk menolak perawatan yang diberikan secara hukum dan untuk diberitahukan konsekuensi medis dari tindakan tersebut. 
e. Pasien mempunyai hak untuk setiap pertimbangan privasinya mengenai program perawatan medik sendiri f. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa semua percakapan dan catatan yang menyangkut perawatan dirinya harus di jaga kerahasiannya. 
g. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa pihak rumah sakit di dalam kapasitasnya mampu memberikan tanggapan yang beralasan terhadap permintaan pasien untuk jasa pelayan yang diperlukan. 
h. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi seperti hubungn rumah sakit terhadap pelayanan kesehatan lain dan instusi pendidikan sepanjang perawatan nya diperhatikan 
i. Pasien mempunyai hak untuk di berikan pertimbangan jika rumah sakit mengusulkan untuk mengikut sertakan dalam percobaan manusia yang mempengaruhi perawatan atau pengbatan. 
j. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan perawatan yang berkesinambungan. 
k. Pasien mempunyai hak untuk memeriksa dan menerima suatu penjelasan secara terperinci mengnai jumlah tagihan rekening yang harus di bayar. 
l. Pasien mempunyai hak untuk mengatahui peraturan rumah sakit yang berlaku berkaitan dengan kedudukannya sebagai seorang pasien. 
Sesuai dengan model perawat sebagai advokat pasien, terdapat revisi dalam international Council of Nurses Code of Etic yang menekankan tanggunag jawab perawat yang utama kepada orang yang memerlukan asuhan keperawatan. Pengkajian terbaru mengenai advokasi perawatan untuk masa sekarang lebih dikosentrasikan terhadap kebutuhan untuk meninjau kembali status hukum untuk mendukung advokasi perawat dan kebutuhan untuk memperluas pendidikan yang memungkinkan perawat untuk menyelesaikan suatu peran advokasi yang lebih efektif. Pengkajian lainnya, membantah bahwa advokasi itu harus ditafsirkan dalam arti untuk membantu orang lain untuk melatih kebebasan untuk benar-benar menentukan nasibnya sendiri. 
Maka dapat dipahami advokasi berbeda dari kedua-duanya baik praktek paternalisti yang membantasi kebebasan individu maupun dari perlindungan konsumen, yang menyiratkan nasehat hanya secara teknis untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk pemilihan pasien diantara berbagai macam tindakan yang tersedia. 

Tugas perawat antaralain
 1) Tugas Perawat dalam Teori Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian- kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
 a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari - hari masih mampu melakukan sendiri. 
b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal - hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat umber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikandan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. 

2) Tugas Perawat Dalam Teori Sosial Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.

 3) Tugas Perawat dalam Teori Psikologi Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya. 

Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi Tanggung jawab Perawat Gerontik 
a) Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal 
b) Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya 
c) Membantu klien lansia menerima kondisinya d) Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.
 e) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan 
f) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semanagt hidup klien usia lanjut 
g) Menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut)
 h) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu petolongan (memelihara kemandirian secara maksimal) 

D. Sifat pelayanan keperawatan gerontik 
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri) Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,di mana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologi (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. Independent/ mandiri artinya asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi Keperawatan dalam membantu lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

 2. Interdependent Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan. Independent atau kolaboratif artinya saling menunjang dengan disiplin lain dalam mengatasi masalah kesehatan lanjut usia.

 3. Humanistik (secara manusiawi) Humanistik artinya didasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia. Orang humanis meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja untuk kemanusiaan. Contoh perilaku yang manusiawai adalah empati, simpati, terharu, dan menghargai kehidupan. Humanisme ini mendapat tempat yang khusus dalam keperawatan. Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. perawat yang menggunakan pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, dan bahasa tubuh. Pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan tradisional dari caring, yang diwujud nyatakan dalam pengertian dan tindakan. Pengertian membutuhkan kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan orang lain. Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan keikhlasan, kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal. 

4. Holistik (secara keseluruhan) Holistik lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan masyarakat. Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. 

Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan. Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. 

Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.

0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *