RSS
Facebook
Twitter

Sunday 29 July 2012

Perubahan Fisiologis Lansia

A. PERUBAHAN SISTEM RESPIRATORI Pada kelompok usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik dan fisiologis yang mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ. Perubahan tersebut salah satunya adalah sistem respirasi. Fungsi primer dari sistem respirasi adalah menyuplai O2 ke darah dan membuang CO2. Ketika ada faktor yang mendukung, seperti penyakit, tempat dengan kebutuhan O2 yang banyak di dalam tubuh, perubahan sistem pernapasan mungkin mempengaruhi fungsi keseluruhan dari lansia. Perubahan yang terjadi tersebut bukanlah suatu hal yang abnormal, melainkan hal yang wajar dan terdapat mekanisme kompensasi yang menyertai segala perubahan yang terjadi. Berdasarkan studi literatur, berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perubahan anatomis dan fisiologis sistem respirasi pada lansia. Lansia mengalami penuaan normal yang dialami tubuhnya, khususnya sistem respirasi. 1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. 2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret. 3. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml. 4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya proses difusi. 5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan. 6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri. 7. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi. Perubahan Anatomi Menurut Stanley (2007), perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai berikut : 1. Paru-paru kecil dan kendur. 2. Hilangnya recoil elastic. 3. Pembesaran alveoli. 4. Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu. 5. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. 6. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan. 7. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. 8. Kelenjar mucus kurang produktif. 9. Penurunan sensivitas sfingter esophagus 10. Penurunan sensivitas kemoreseptor. Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan dengan sekitar 50% pengurangan respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65 tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya. Perubahan Fisiologis Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru – paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler – kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru – paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh Daya pegas paru – paru berk urang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, amka menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan peningkatan klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering, sehingga menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan. (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Stokslager, 2003 perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan sebagian berikut: 1. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus. 2. Atrofi umum tonsil. 3. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua. 4. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan metabolism kalsium dan kartilago iga. 5. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus. 6. Kifosis. 7. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan 8. Penurunana kapasitas difusi a. Penurunanan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan kapasitas vital b. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan recoil elastic paru dan peningkatan kapasitas residual. c. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang mengakibatkan penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen. d. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5% e. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi paru dan sumbat mukus. 9. Toleransi rendah terhadap oksigen. Implikasi klinis dari perubahan pada sistem respirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi pulmonal, dan perubahan sistem imun mengakibatkan suatu kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan perubahan anatomis dan gangguan fungsi pulmonal (Stanley, 2007): Perubahan Hasil Perubahan Kalsifikasi kartilago kosta Peningkatan diameter anteropostterior Peningkatan pernapasan abdomen dan diafragma Peningkatan kerja pernapasan Penurunan PaO2 Atrofi otot pernapasan Peningkatan risiko untuk terjadinya kelelahan otot inspirasi Penurunan kecepatan aliran ekspirasi maksimal Penurunan dalam rekoil elastis Peningkatan volume penutupan Peningkatan udara yang terjebak Ketidakcocokan ventilasi perfusi Peningkatan volume residu Menurunnya kekuatan kapasitas vital Menurunnya kapasitas vital Pembesaran duktus alveolar Menurunnya area permukaan alveolar Peningkatan ukuran dan kekakuan trakea dan jalan napas pusat Menurunnya kapasitas difusi Peningkatan ruang mati Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan penyebab perubahan cadangan fisiologis dan mekanisme perlindungan pulmonal (Stanley, 2007): Perubahan Hasil Konsekuensi Hilangnya silia Kurang efektifnya peningkatan mukosilia Peningkatan risiko gangguan respirasi Penurunan refleks muntah dan batuk Jalan napas yang tidak terlindung Peningkatan risiko cedera pulmonal Penumpukan respon terhadap hipoksemia dan hiperkapnia Penurunan saturasi O2 Penurunan cadangan fisiologis Penurunan fungsi limfosit T dan imunitas humoral Penurunan respon antibodi terhadap antigen spesifik Peningkatan kerentanan terhadap infeksi Berkurangnya respon hipersensitivitas lambat Penurunan efisiensi dan vaksinasi Penurunan fungsi reseptor β2 Penurunan respon terhadap agonis β2 yang dihirup Peningkatan kesulitan dalam menangani asma Penurunan motilitas esofagus dan gaster dan hilangnya tonus sfingter kardiak Peningkatan risiko refluks ke esofagus Peningkatan risiko terjadinya aspirasi Pada lansia yang sehat, paru-paru menjadi lebih kecil dan lebih lemah, dan berat mereka berkurang kira-kira 20%. Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan perubahan beberapa indikator fungsi paru-paru berkaitan dengan lansia (Ebersole, 2005): Indikator Perubahan Volume tidal Volume resiidu Kapasitas vital Kapasitas total paru Volume paksa ekspirasi Tidak ada Meningkat 50 % Berkurang 25 % Tidak berubah, sebagai hasil dari mekanisme kompensasi Menurun Perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi karena penuaan pada lansia merupakan suatu hal yang normal. Pada tubuh lansia sendiri terdapat mekanisme yang bekerja untuk mengkompensasi perubahan-perubahan yang terjadi tersebut. Namun, jika terdapat faktor-faktor pendukung terjadinya penyakit pernapasan pada lansia seperti riwayat merokok atau riwayat penyakit pernapasan lainnya, mekanisme kompensasi tersebut akan berkurang fungsinya dan akan memperparah kondisi sistem respirasi lansia. B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN Pada populasi usia lanjut sebenarnya tidak ada kelainan yang sangat khas. Walaupun terdapat perubahan seluler stuktural seperti organ lainnya, fungsi sistem gastrointestinal pada umumnya dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat. Gangguan fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses patologis pada organ tertentu, atau bilamana terjadi stress lain yang memperberat beban dari organ yang sudah mulai menurun fungsi dan anatomiknya. Perubahan Anatomik pada Sistem Pencernaan (Sistem Digestivus) lansia antara lain : 1. Rongga Mulut (Cavum Oris) a. Gigi (Dente) 1) Atrial : Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus menerus. Dimensi vertikal wajah menjadi lebih pendek sehingga merubah penampilan /estetik fungsi pengunyah. 2) Meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan akar, karies sekunder di bawah tambalan lama. 3) Jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan tanggal. b. Muskulus : koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis. c. Mukosa : jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap, dan kering. d. Lidah (Lingua) Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka ter¬jadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara. e. Kelenjar liur (Glandula Salivarius) : terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva menurun. f. Sendi Temporo Mandibular (Art Temporo Mandibularis) Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini akibat dari proses degenerasi. Dengan manifestasi adanya TM joint sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi, sehingga sukar membuka mulut secara lebar. g. Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare) : terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi atau setetelah pencabutan. 2. Lambung (Ventriculus) Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan berkurang. Proses pengubahan protein men¬jadi pepton terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang. Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah. 3. Usus halus (Intestinum Tenue) Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang jumlah vili berkurang yang menyebebabkan penu¬run¬an proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang di¬hasil¬kan oleh pancreas dan empedu menurun, sehingga meta¬bolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbsi. 4. Pankreas (Pancreas) Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubung¬kan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu. 5. Hati (Hepar) Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595 ml/menit. Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi, bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous sehingga menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di ingat terutama dalam pemberian obat-obatan. 6. Usus Besar dan Rektum (Colon dan Rectum) Pada colon pembuluh darah menjadi ber kelok-kelok yang menyebabkan motilitas colon menurun, berakibat absobsi air dan elektrolit meningkat sehingga faeses menjadi lebih keras sering terjadi konstipasi. Imunitas Gastro-intestinal Pada Usia Lanjut Sistem imun pada traktus gastro-intestinal merupakan salah satu alat pertahanan primer tubuh manusia terhadap faktor lingkungan yang masuk melalui mulut. Faktor penting yang sangat berpengaruh pada sistem imunitas terhadap infeksi pada orang tua adalah nutrisi. Walaupun masih masih memerlukan penelitian yang lebih luas, pada umumnya disepakati bahwa nutrisi yang kurang baik akan menyebabkan penderita lebih rentan terhadap infeksi. Kontroversi yang samp[ai sekarang masih terjadi adalah tentang mekanisme terjadinya imunosenesens (Arans, and Ferguson,1992). Imunosenesens adalah perubahan gradual pada sistem imun yang terjadi pada individu yang telah mencapai kematangan seksual. Perubahan itu berhubungan erat dengan proses invilusi dan atropi kelenjar timus (Busby, and Caranasos, 1985).

0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *