RSS
Facebook
Twitter

Tuesday 31 July 2012

ANTIGEN DAN STRUKTUR ANTIGEN

A. Pengertian Antigen Istilah antigen mengandung dua arti, pertama untuk mengambarkan molekul yang memacu respon imun (juga disebut imunogen) dan kedua untuk menunjukkan molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah disensitasi (Baratawidjaja, 2006). Antigen yaitu setiap substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon imun (Bloom, 2002). Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/ menginduksi pembenntukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop. Antigen molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenic juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. (Baratawidjaja 1991: 13; Campbell,dkk 2000: 77). B. KARAKTERISTIK / SIFAT 1. Keasingan Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes. 2. Sifat-sifat Fisik Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu, imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan proten-proten jaringan. 3. Kompleksitas Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun kimia molekul. 4. Bentuk-bentuk (Conformation) Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun. 5. Muatan (charge) Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu; tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan. 6. Kemampuan masuk Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan menentukan hasil respon imun. C. Letak Antigen Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun. D. Bagian Antigen Secara fungsional antigen terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Imunogen / Antigen Lengkap , yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa). Bagian dari molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah antibodi (oleh reseptor sel-T) atau bagian antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi, bisa juga disebut determinan antigen. Antigen lengkap meliputi imunogen dan antigen. 2. Hapten / Antigen Tidak Lengkap, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil. Bahan kimia aktif ukuran kecil seperti dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan sel B (tidak imunogenik). Untuk mengacu respon antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat oleh molekul besar. Hapten merupakan sejumlah molekul kecil yang dapat bereaksi dengan antibodi namun tidak dapat menginduksi produksi antibodi. Contoh hapten adalah berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul yang rendah. Hapten biasanya dikenal oleh sel B sedangkan carrier oleh sel T. Carrier sering digabungkan dengan hapten dalam usaha imunisasi (Baratawidjaja 1991: 13; Sell : 2). E. Klasifikasi Antigen 1. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT EPITOP : a. Unideterminan, univalent : Yaitu hanya satu jenis determinan atau epitop pada satu molekul. b. Unideterminan, multivalent : Yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih determian tersebut ditemukan pada satu molekul. c. Multideterminan, univalent : Yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein). d. Multideterminan, multivalent : Yaitu banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi). (Baratawidjaja 1991: 14). 2. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT SPESIFISITAS : a. Heteroantigen, yaitu antigen yang terdapat pada jaringan dari spesies yang berbeda. b. Xenoantigen yaitu antigen yang hanya dimiliki spesies tertentu. c. Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam satu spesies. d. Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama dari spesies yang berbeda. e. Autoantigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh alat tubuh sendiri (Baratawidjaja 1991: 14-15; Sell : 9–10). 3. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT KETERGANTUNGAN TERHADAP SEL T : a. T dependent yaitu antigen yang memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel B untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Sebagai contoh adalah antigen protein. b. T independent yaitu antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel Tuntuk membentuk antibodi. Antigen tersebut berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri. (Baratawidjaja 1991: 15). 4. PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT SIFAT KIMIAWI : a. Hidrat arang (polisakarida) Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibodi. Respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, mempunyai sifat antigen dan spesifisitas imun yang berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah. b. Lipid Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. Lipid dianggap sebagai hapten, sebagai contoh adalah sphingolipid. c. Asam nukleat Asam nukleat tdak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respon imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan SLE. d. Protein Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umunya multideterminan univalent. (Baratawidjaja 1991: 15) F. STRUKTUR ANTIGEN 1. BAKTERI Struktur sel bakteri dapat dikatakan masih sangat sederhana. Pada setiap sel bakteri terdapat beberapa komponen penting, yaitu dinding sel, membrane sel, sitoplasma, dan bahan inti serta beberapa organel sel. Organel tertentu, misalnya flagellum, pilus, kapsul, dan endospora, mungkin hanya dimiliki oleh jenis bakteri tertentu dan tidak dimiliki oleh jenis bakteri lainnya. a. Bahan Inti (DNA Kromosom) Bahan inti bakteri tersusun oleh asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) atau disebut juga DNA kromosom. Sebagian besar bakteri hanya memiliki satu DNA kromosom berutas tunggal yang berbentuk sirkuler (cincin). DNA kromosom membawa gen-gen yang penting untuk mengatur proses-proses yang terjadi di dalam sel bakteri. Bahan inti bakteri terdapat di dalam suatu bagian yang menyerupai inti yang disebut nukleoid. Nukleoid sel bakteri tidak memiliki membrane atau dinding inti sel dan nukleolus b. Plasmid Umumnya bakteri memiliki plasmid, yaitu suatu DNA di luar DNA kromosom yang berbentu cincin. Plasmid berisi gen-gen penting untuk pertahanan sel bakteri terhadap lingkungannya yang tidak mnguntungkan. Plasmid terdapat dalam sitoplasma c. Sitoplasma Sitoplasma merupakan cairan yang bersifat koloid dan berisi semua molekul ataupun zat yang diperlukan dalam proses metabolism untuk menunjang kehidupan sel. Di dalam sitoplasma sel bakteri terdapat ribosom, mesosom, dan plasmid. d. Ribosom Ribosom merupakan organel sel yang berfungsi untuk sintesis protein. Ribosom terdapat pada semua sel,tetapi ribosom organism prokariota berbeda strukturnya dengan ribosom organism eukariota e. Mesosom Mesosom merupakan daerah membrane sitoplasma yang mengalami pelipatan. Mesosom diperkirakan berfungsi dalam pembentukan dinding sel dan dalam pembelahan sel f. Endospora Bakteri tertentu dapat membentuk struktur khusus yang disebut endospora. Endospora merupakan struktur /spora yang berdinding tebal dan sangat tahan terhadap kondisi lingkungan yang jelek. Disebut endospora karena dibentuk di dalam sel bakteri. Endospora akan tumbuh menjadi sel vegetative jika berada di tempat sesuai. Tidak seperti pada organism pembentuk spora lainnya, endospora pada sel bakteri bukan merupakan alat perkembangbiakan. Hal itu disebabkan satu sel bakteri hanya menghasilkan sendospora, dan apabila sudah berkecambah biasanya hanya menghasilkan satu sel bakteri. Kemampuan bakteri untuk menghasilkan endospora dapat hilang dan jika hilang, sulit untuk tumbuh kembali g. Membran Sitoplasma Merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isisnya, terletak di bawah dinding sel, tetapi tidak terikat dengan dinding sel. Membrane plasma tersusun atas lapisan lipoprotein yang bersifat semipermiabel. Fungsi membrane plasma antara lain untuk mengatur keluar masuknya zat-zat di dalam sel. Selain itu, membrane plasma berfungsi sebagai tempat perlekatan pangkal flagellum. Jika membrane plasma pecah atau rusak, sel bakteri akan mati. h. Dinding Sel Dinding sel adalah bagian sel bakteri yang berfungsi member bentuk dan kekuatan/perlindungan terhadap sel. Dinding sel bakteri tersusun atas bahan peptidoglikan, yaitu suatu molekul yang mengandung rangkaian amino disakarida dan rantai peptida. Dinding sel relative kaku dibanding bagian-bagian lainnya. Berdasarkan dinding selnya bakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif i. Kapsul Kapsul merupakan lapisan lender yang menyelubungi dinding sel. Fungsinya untuk pertahanan diri dan cadangan makanan. Tidak semua bakteri berkapsul. j. Pili (fimbriae) Pada permukaan sel bakteri Gram negative sering terdapat banyak alat seperti benang-benang pendek yang disebut pili (tunggal : pilus/fibria). Panjang pilus mencapai 3 mikrometer dengan diameter sekitar 5mikrometer. Pili digunakan sebagai alat lekat pada bakteri lain atau dengan bahan-bahan padat yang merupakan makanan. Salah satu pili disebut sex pillus (pilus kelamin) fungsinya sebagai penghubung dalam perpindahan ,ateri genetic (DNA) ketika suatu bakteri berkonjugasi. Umumnya, setiap sel bakteri hanya memiliki 1 atau 2 pilus kelamin k. Flagellum Flagellum berfungsi membantu pergerakan bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagellum, bakteri dibagi empat macam - Atrik, tidak memiliki flagellum - Monotrik, memiliki satu flagellum pada salah satu ujung sel bakteri - Lofotrik memiliki dua atau lebih flagella pada salah satu ujung sel Bakteri - Amfitrik memiliki dua atau lebih flagella di kedua ujung sel bakteri - Peritrik memiliki flagella di selurur permukaan sel bakteri 2. VIRUS Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Partikel virus mengandung DNA atau RNA yang dapat berbentuk untai tunggal atau ganda. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik tersebut diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi. Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel. Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang. Penyakit Akibat Virus - AIDS - Hepatitis - Influenza - Herpes - Lupus - Demam berdarah - Tifus Jenis-Jenis Struktur Virus • Virus Berselubung • Virus Kompkeks • Virus Telanjang Perbandingan Ukuran Virus 3. PROTOZOA Seperti yang kita ketahui bahwa protozoa dibagi menjadi 3 antara lain • protozoa mirip hewan • protozoa mirip tumbuhan atau algae • protozoa fungi protozoa mirip hewan kususnya flagellata. Mastigophora atau lebih tenar dipanggil flagellata merupakan salah satu kelompok protozoa yang memiliki flagel sebagai alat geraknya, flagel adalah semacam bulu cambuk. Bulu cambuk terletak pada bagian depan sel, ada juga yang berada di belakang sel. Bila alat geraknya berada di depan sel maka saat bergerak seperti menarik sel itu, sedangkan pada falgellata yang memiliki alat gerak fi belakang maka gerakannya seperti mendorong sel. Flagel tidak hanya sebagai alat gerak tetapi juga sebagai alat pencipta gelombang di air sehingga makanannya dapat mendekat ke mulutnya dan dapat dimakan. Struktur tubuh Flagellata terdiri atas : - Bintik mata dalam flagellata berfungsi sebagai alat penglihatan, dapat membedakan gelap terangnya cahaya saja, jadi bintik mata tersebut dapat menghantarkan flagellata menuju tempat yang ada cahayanya untuk berfoto sintesis ( kata temenku DERRY ). - vakuola kontraktik, fungsinya sebagai tempat pembuangan zat sisa yang berupa cairan ( kayak vagina/ penis kalau manusia hahahaha ), ada nukleus atua inti sel, vakuaola makanan, palikel. - vakuola kontraktik, vakuola makanan berfungsi sebagai mulut flagellata ( namanya agak mirip tapi fungsinya beda sob ). - Pelikel adalah suatu lapisan luar flagellata yang terbentuk dari protein. - Stigma adalah alat pernafasan pada flagellata dan juga berfungsi sebagai pembakar nitrogen dalam tubuhnya. Daftar pustaka Baratawidjaja, 2006, Imunologi Dasar, Edisi ke-7, Penerbit FKUII, Jakarta. Bloom, 2002, Buku Ajar Histologi, Edisi 12, diterjemahkan oleh Jan Tambayong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Rizki ikhwan, 2009, Antigen available at http://pusatinformasiobat.wordpress.com/2009/12/19/antigen(diakses 7 oktober 2011).

KEMOKIN

A. Pengertian Kemokin merupakan family protein kecil ( diketahui > 40 jenis ) yang diekspresikan oleh berbagai tipe sel ; protein ini terutama bekerja sebagai kemoatraktan dan aktivator untuk leukosit. Kemokin dapat dipilah menjadi 4 kelas utama menurut susunan residu sistein ( C ) yang tersimpan : • Kemokin CXC memiliki satu residu asam amino yang memisahkan dua residu pertama sistein yang tersimpan. Kemokin ini terutama bekerja untuk merekrut sel neutrofil. IL8 merupakan anggota yang khas untuk kelompok ini; IL8 dihasilkan oleh sel makrofag dan sel endotel sesudah diaktifkan oleh TNF atau IL 1 dan produk mikroba. • Kemokin CC memiliki dua residu pertama sistein yang tersimpan. Kemokin CC ( misalnya monocyte chemoattractant protein – 1 ) umunya merekrut monosit, eosinofil, basofil dan limfosit tetapi tidak merekrut neutrofil. Meskipun banyak kemokin dalam kelas ini memiliki sifat yang saling tumpang tindih, eotaksin secara selektif merekrut sel-sel eosinofil. • Kemokin C tidak mengandung dua dari empat sistein yang tersimpan ; tipe kemokin ini relatif spesifik untuk limfosit ( misalnya, limfotaktin ). • Kemokin CXC meliputi fraktalkin. Ada dua bentuk kemokin , yaitu : bentuk protein yang terikat permukaan endotel atau bentuk larut yang berasal dari proteolisis bentuk yang terikat – membran ; bentuk permukaan sel meningkatkan kekuatan adhesi limfosit dan monosit sementara bentuk larut merupakan kemoatraktan untuk sel –sel yang sama. • Kemokin memediasi aktivitasnya melalui pengikatan pada reseptor yang terkait-protein G ( diketahui > 20 macam ), CXCR yang dikhususkan untuk kemokin CXC, dan CCR untuk kemokin CC. Sel secara khas mengekspresikan lebih dari satu tipe reseptor. Juga terdapat percampuran pengikatan sehingga banyak ligan kemokin yang berbeda dapat berikatan dengan reseptor yang sama, dan lebih dari satu reseptor yang seringkali dapat mengikat ligan yang sama. B. Reseptor Kemokin Reseptor kemokin adalah G protein-coupled receptor yang mengandung domain transmembran 7 yang ditemukan pada permukaan leukosit. Sekitar 19 reseptor kemokin berbeda telah ditandai sampai saat ini, yang terbagi menjadi empat keluarga tergantung pada jenis kemokin mereka mengikat; CXCR yang mengikat kemokin CXC, CCR yang mengikat kemokin CC, CX3CR1 yang mengikat kemokin CX3C tunggal (CX3CL1), dan XCR1 yang mengikat dua kemokin XC (XCL1 dan XCL2). Mereka berbagi banyak fitur struktural, mereka mirip dalam ukuran (dengan sekitar 350 asam amino), memiliki pendek, asam N-terminal akhir, tujuh domain transmembran heliks dengan tiga intraseluler dan tiga loop hidrofilik ekstraseluler, dan intraseluler C-terminus mengandung serin dan residu treonin penting untuk regulasi reseptor. Dua yang pertama loop ekstraselular dari reseptor kemokin masing-masing memiliki residu sistein kekal yang memungkinkan pembentukan jembatan disulfida antara loop. Protein G yang digabungkan ke akhir C-terminal dari reseptor kemokin untuk memungkinkan sinyal intraselular setelah aktivasi reseptor, sedangkan domain N-terminal dari reseptor kemokin menentukan spesifisitas pengikatan ligan. C. Sinyal Transduksi Reseptor kemokin mengasosiasikan dengan G-protein untuk mengirimkan sinyal sel berikut pengikatan ligan. Aktivasi protein G, oleh reseptor kemokin, menyebabkan aktivasi berikutnya dari sebuah enzim yang dikenal sebagai fosfolipase C (PLC). PLC memotong molekul yang disebut phosphatidylinositol (PIP2) menjadi dua molekul utusan kedua dikenal sebagai Inositol trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG) yang memicu peristiwa sinyal intraselular; DAG mengaktivasi enzim lain yang disebut protein kinase C (PKC), dan IP3 memicu pelepasan kalsium dari toko intraseluler. Peristiwa ini mempromosikan signaling cascades banyak (seperti jalur MAP kinase) yang menghasilkan tanggapan seperti chemotaxis, degranulasi, pelepasan anion superoksida dan perubahan dalam molekul adhesi aviditas sel yang disebut integrin dalam sel menyembunyikan reseptor kemokin. D. Fungsi Kemokin Peran utama dari kemokin adalah untuk bertindak sebagai chemoattractant untuk memandu migrasi sel. Sel yang tertarik oleh kemokin mengikuti sinyal meningkatkan konsentrasi kemokin terhadap sumber kemokin tersebut. Beberapa sel kontrol kemokin dari sistem kekebalan tubuh selama proses surveilans kekebalan tubuh, seperti mengarahkan limfosit ke kelenjar getah bening sehingga mereka dapat menginvasi patogen dengan berinteraksi dengan antigen-presenting sel yang berada dalam jaringan. Ini dikenal sebagai kemokin homeostatik dan diproduksi dan disekresi tanpa perlu untuk merangsang sumber sel tersebut. Beberapa kemokin yang memiliki peran dalam membangun sel tersebut ,dan mereka mempromosikan angiogenesis (pertumbuhan pembuluh darah baru), atau sel panduan untuk jaringan yang menyediakan sinyal khusus penting untuk pematangan selular. Kemokin yang lainnya adalah inflamasi dan dilepaskan dari berbagai sel dalam respon terhadap virus infeksi bakteri, dan agen yang menyebabkan kerusakan fisik seperti silika atau kristal urat yang terjadi pada gout. Pembebasan mereka sering dirangsang oleh sitokin pro-inflamasi seperti interleukin. Inflamasi kemokin berfungsi terutama sebagai chemoattractants untuk leukosit, monosit merekrut, neutrofil dan sel-sel efektor lainnya dari darah ke situs infeksi atau kerusakan jaringan. Inflamasi kemokin mengaktifkan sel-sel tertentu untuk memulai suatu respon kekebalan atau mempromosikan penyembuhan luka. Mereka dirilis oleh banyak jenis sel yang berbeda dan melayani untuk memandu sel-sel dari kedua sistem kekebalan tubuh bawaan dan sistem kekebalan adaptif. E. Karakteristik Struktural Kemokin Protein diklasifikasikan ke dalam family kemokin berdasarkan karakteristik struktural mereka, tidak hanya kemampuan mereka untuk menarik sel. Semua kemokin kecil, dengan massa molekul antara 8 dan 10 kDa. Mereka adalah sekitar 20-50% identik satu sama lain, yaitu, mereka berbagi urutan gen dan homologi asam amino urutan. Mereka semua juga memiliki asam amino konservasi yang penting untuk menciptakan struktur 3-dimensi atau tersier, seperti (dalam kebanyakan kasus) empat sistein yang berinteraksi satu sama lain dalam pasangan untuk membuat bentuk kunci Yunani yang merupakan karakteristik dari kemokin. Ikatan disulfida intramolekular biasanya bergabung dengan pertama ketiga, dan yang kedua untuk residu sistein keempat, nomor seperti yang muncul dalam urutan protein kemokin tersebut. Kemokin protein khas yang diproduksi sebagai pro-peptida, dimulai dengan peptida sinyal sekitar 20 asam amino yang dibelah dari bagian (dewasa) aktif dari molekul selama proses sekresi dari sel. Dua yang pertama sistein, dalam sebuah kemokin, yang terletak berdekatan di dekat ujung N-terminal dari protein matang, dengan sistein ketiga yang berada di pusat molekul dan dekat keempat untuk akhir C-terminal. Sebuah loop sekitar sepuluh asam amino sistein mengikuti dua pertama dan dikenal sebagai''N''loop. Ini diikuti dengan heliks tunggal gilirannya, disebut 310-heliks, tiga β-helai dan C-terminal α-heliks. Ini heliks dan untaian terhubung secara bergantian disebut''30-an'',''40''50''dan''loop; yang sistein ketiga dan keempat berada di usia 30-an dan 50-an loop.

Pengukuran Antropometri

Pengukuran Tinggi Badan Pada Usia Lanjut/ Kelainan Kaki pengukuran tinggi badan usila tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui tinggi badan usila dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height). Tinggi lutut dapat digunakan untuk melakukan estimasi TB usila dan orang cacat. Teknik pengukuran tinggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan sehingga sering digunakan untuk mengestimasi tinggi badan dengan gangguan lekukan spinal atau tidak dapat berdiri. Tinggi lutut diukur dengan caliper berisi mistar pengukuran dengan mata pisau menempel pada sudut 90o. Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu. Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90o.  Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm (Gambar 1). Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus Chumlea7,8: TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm) TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm) Berat Badan 1. Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus) 2. Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR 3. Pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan 4. Menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang 5. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun 6. Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh 7. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama: 1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan 2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan 3. Umum dan luas dipakai di Indonesia 4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur 5. Digunakan dalam KMS 6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur 7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi: dacin Lingkar Lengan Atas 1. Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh 2. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit 3. Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:  Status KEP pada balita  KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR Lingkar Lengan Atas Kelemahan:  Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan diIndonesia  Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB  Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak Lingkar Kepala 1. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi 2. Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. 3. Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan daam pengukuran umur Lingkar Dada 1. Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun. 2. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. 3. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. 4. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat → rasio lingkar dada dan kepala < 1 Tinggi Lutut 1. Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. 2. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang >> bungkuk>> sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun dan Formula (Gibson, RS; 1993) Pria : (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19 Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88

Sunday 29 July 2012

KELAINAN PIGMENTASI

A. Pengertian 
Kelainan pigmentasi adalah perubahan warna kulit yang menjadi lebih putih,lebih hitam,atau coklat,dibandingkan dengan warna kulit normal serta bersifat makular. 

B. Etiologi 
1. Genetik : Albinisme,vitiligo. 
2. Metabolit : Amiloidosis makula, hemokromatosis. 
3. Endokrinologik : Melasma, hipopigmentasi oleh karena gangguan tirooid. 
4. Inflamasi : Lepra,Tinea versikolor. 
5. Nutrisi : Defisiensi vitamin B12,pelagra.
 6. Bahan kimia : Berloque dermatitis. 7
. Fisik : Luka bakar,trauma. 8. Neoplastik : Melanoma. 

 C. Penyakit kelainan pigmentasi 
1. Albinisme a. Pengertian Albinisme merupakan suatu penyakit keturunan yang jarang ditemukan dimana tubuh tidak dapat membentuk melanin. b. Etiologi Dalam keadaan normal, suatu asam amino yang disebut tirosin oleh tubuh diubah menjadi pigmen (zat warna) melanin. Albinisme terjadi jika tubuh tidak mampu menghasilkan atau menyebarluaskan melanin karena beberapa penyebab. Secara khusus, kelainan metabolisme tirosin menyebabkan kegagalan pembentukan melanin sehingga terjadi albinisme. Albinisme bisa diturunkan melalui beberapa pola, yaitu resesif autosom, dominan autosom atau X-linked. Penyakit lainnya yang berhubungan dengan albinisme parsial atau albinisme terlokalisir (hilangnya pigmen hanya pada daerah tertentu): 
1) Sindroma Waardenberg (rambut di dahi berwarna putih atau salah satu maupun kedua iris tidak memiliki pigmen) 
2) Sindroma Chediak-Higashi (pigmentasi kulit berkurang secara difus tetapi tidak total) 3) Sklerosis tuberosa (terdapat bintik putih yang kecil dan terlokalisir) 4) Sindroma Hermansky-Pudlak (albinisme menyeluruh disertai kelainan perdarahan). 

 c. Manifestasi klinis 
1) Albinisme komplit terjadi jika sama sekali tidak ditemukan pigmen pada rambut, mata dan kulit (disebut juga albinisme okulokutaneus tanpa tirosin), sehingga rambutnya putih, matanya pink dan kulitnya pucat. Merupakan jenis albinisme yang paling berat. Penderita memiliki rambut, kulit dan iris mata yang berwarna putih, disertai gangguan penglihatan. Penderita juga mengalami fotofobia (takut sinar matahari) dan mudah mengalami luka bakar karena matahari serta bisa menderita kanker kulit karena tidak memiliki melanin yang berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari. 
2) Albinisme okuler adalah jenis albinisme yang hanya menyerang mata. Warna kulit biasanya normal dan warna mata juga masih dalam batas normal, tetapi pemeriksaan retina menunjukkan bahwa retina tidak memiliki pigmen. Albinisme komplit biasanya disertai oleh beberapa dari gejala berikut: 
a) pergerakan mata yang sangat cepat (nistagmus) 
b) strabismus (juling) 
c) penurunan ketajaman penglihatan 
d) kebutaan fungsional. 
 d. Pengobatan 
1) Kulit dan mata harus dilindungi dari sinar matahari. 
2) Kacamata anti UV bias meringankan fotofobia. 3
) Resiko luka bakar karena matahari bisa dikurangi dengan cara menghindari sinar matahari langsung, memakai tabir surya atau memakai pakaian pelindung.
 4) Sebaiknya digunakan tabir surya dengan SPF (sun protection factor yang tinggi. 
e. Pencegahan Seseorang dengan riwayat keluarga albinisme sebaiknya melakukan konsultasi genetik agar keturunannya tidak ada yang menderita albinisme.

 2. Vetiligo a. 
Pengertian Vitiligo adalah suatu keadaan dimana terjadi kehilangan sejumlah melanosit yang menyebabkan timbulnya bercak-bercak halus berwarna putih di kulit. 
b. Etiologi Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan sistem kekebalan (reaksi autoimun). Vitiligo bisa terjadi setelah trauma fisik yang tidak biasa, terutama cedera kepala dan cenderung timbul bersamaan dengan penyakit tertentu, seperti:
 1) penyakit Addison 
2) diabetes 
3) anemia pernisiosa 
4) penyakit tiroid. Secara psikis, vitiligo bisa mengganggu penderitanya karena perubahan pigmentasi pada kulitnya tidak enak dipandang mata.

 c. Manifestasi klinis 
1) Pada beberapa penderita tampak 1-2 bercak berbatas tegas; pada penderita lainnya bercak vitiligo menutupi suatu bagian tubuh yang luas. Perubahan ini tampak sangat jelas pada orang yang berkulit gelap. 
2) Bercaknya datar, berbatas tegas dengan bentuk yang tidak beraturan. Sering ditemukan di wajah, sikut, lutut, tangan, kaki dan alat kelamin. 
3) Kulit yang tidak memiliki pigmen ini sangat peka terhadap luka bakar karena matahari. 
4) Rambut yang tumbuh di atas kulit yang terkena vitiligo juga berwarna putih karena melanosit juga hilang dari selubung akar rambut (folikel). Vitiligo di punggung & lengan Vitiligo di wajah d. Pengobatan Belum ada pengobatan yang memuaskan. Bercak yang kecil bisa disamarkan dengan kosmetika. Psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA) kadang efektif, tetapi harus terus dipakai sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Untuk mencegah terjadinya luka bakar karena matahari bisa digunakan tabir surya sebagai pelindung terhadap sinar matahari. 

3. Melasama a. Pengertian Melasma (Kloasma, Topeng Kehamilan)
 adalah bercak-bercak pigmentasi berwarna coklat tua di wajah. Melasma adalah hipermelanosis yang simetris berupa makula yang berwarna coklat muda sampai coklat tua dan yang terdapat pada daerah – daerah yang terpajan sinar ultra violet. Melasma merupakan hipermelanosis yang berupa makula yang tidak teratur, dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dagu, leher dan lengan. 
b. Jenis Dalam pemeriksaan histopatologik terdapat 2 tipe hipermelanosis :
1. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang di seluruh stratum spinosum sampai stratum korneum; sel-sel yang padat mengandung melanin adalah melanosit, sel-sel lapisan basal, dan suprabasal, juga terdapat pada keratinosit dan sel-sel stratum korneum. 
2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah dalam dermis bagian atas dan bawah; pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrat. Adapun bentuk pengklasifikasian setelah pemeriksaan lampu wood adalah sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi melasma Tipe Melasma Gambaran klinis Epidermal - Berbatas jelas - Berwarna cokelat tua - Terlihat lebih jelas dibawah sinar - Memberikan respon yang baik terhadap pengobatan Dermal - Batas tidak jelas - Berwarna cokelat terang - Tidak berubah di bawah sinar - Memberikan respon yang buruk terhadap pengobatan Mixed - Kombinasi antara warna cokelat tua dan cokelat muda - Pengobatan hanya berdampak pada sebagian saja 
c. Etiologi 
1) Melasma sering dihubungkan dengan hormon estrogen dan progesteron pada wanita karena sering ditemukan pada: 
a) wanita hamil (karena itu disebut juga topeng kehamilan)
 b) wanita yang menggunakan pil KB
 c) wanita pasca menopause yang menjalani terapi sulih hormon. 
2) Pemaparan sinar matahari juga merupakan faktor resiko terjadinya melasma. 
d. Manifestasi Klinis Pada dahi, pipi, pelipis dan rahang tampak bercak-bercak pigmentasi berwarna coklat gelap. Bercak tersebut biasanya bersifat simetris (ditemukan di sisi kiri dan kanan wajah). 

e. Pengobatan 
 1) Pengobatan Topikal 
a) Hidrokuinon Hidokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi melasma. Hindrokuinon menghambat konversi dari dopa terhadap melanin dengan menghambat aktifitas dari tirosinase. Efek sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik. 

b) Asam retinoat Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi. Krim tersebut juaga dipakai pada malam hari karena pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi.

 c) Asam azeleat Pengobatan dengan asam azaleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek sampingnya berupa rasa panas, gatal dan eritema ringan. 

 d) Asam kojik (Kojic Acid) KA diprodeksi oleh jamur Aspergilline oryzae dan berperan sebagai inhibitor tirosinase. Double – blind study membandingkan penggunaan GA 5 % dan HQ 4% dengan penggunaan KA 4% selama 3 bualan. Baik kedua kombinasi membuktikan efektifitas yang hampir sama dalam mengurangi sebanyak 51% pigmentasi dari pasien.

 e) Asam glikolik (Glycolic Acid) Asam glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari epidermis, dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi ringan merupakan efek umum dari pemakaian obat ini. 

2) Pengobatan sistemik Asam askorbat/vitamin C Vitamin C memiliki efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon menjadi DOPA. 
3) Tindakan Khusus 
a) Pengelupasan Kimiawi (Chemical Peels) Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan mengoleskan topikal asam glikolat dan krim asam salisilik 
 b) Bedah Laser gBedah laser dengan menggunakan laser Q-switch Ruby dasn Llaser argon, kekambuhan dapat juga terjadi. 
c) Dermabrasi Harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat merusak melanosit yang dimana dapat meningkatkan produksi pigmen dan menggelapkan melasma 
 f. Pencegahan Menghindari pajanan langsung sinar ultra violet, pemakaian tabir suria secara tepat, menghindari factor pencetus. 

1. Hipopigmentasi 
a. Pengertian Hipopigmentasi adalah hilangnya / berkurangnya warna kulit. Hal ini disebabkan berkurangnya sel melanosit di kulit akibat dari berkurangnya asam amino tirosin yang digunakan melanosit untuk membuat melanin atau sel pigmentasi (pewarna kulit). 
b. Etiologi Hipopigmentasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu 
: 1) Hipopigmentasi post inflamasi/post peradangan/luka di kulit 
2) Pitiriasis versikolor / dikenal dengan panu 
3) Albino 
4) Lepra 
5) Pitiriasis alba 
6) Vitiligo 
 c. Penatalaksanaan 

2. Tinea vesicolor/ Pitiriasis versikolor (Panu) 
 a. Pengertian Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur Robin (BAILLON 1889) adalah penyakit jamur superficial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak skuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadnag data menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. 

b. Etiologi Malassezia furfur Robin 

 c. Manifestasi klinis Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superficial dan ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur samai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimptomatik sehingga kadang penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksik jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961) ada beberapa factor yang mempengaruhi infeksi, yaitu factor herediter, penderita yang sakit kronis atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi. 

 d. Patofisiologi Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor ialah Ptyrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Ptyrosporum ovale yang berbentuk oval.Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan diantaranya oleh defisiensi imun. Eksogen data karena factor suhu, kelembaban udara, dan keringat. 

 e. Pemeriksaan Efloresensi berupa macula yang data hipopigmentasi, kecoklatan keabu-abuan atau kehitaman dalam berbagai ukuran dengan skuama halus di sekitarnya. Pemeriksaan pembantu dengan sinar Wood menghasilkan fluoresensi keemasan, dengan pemeriksaan mikroskopik preparat KOH 20% dari kerokan kulit tampak kelompok hifa pendek tebal 3-8, dikelilingi spora berkelompok berukuran 1-2 (Siregar,2004) 

f. Pengobatan Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun, dan konsisten. Obat-obatan yang dipakai, misalnya: 1) Suspensi selenium sulfide 2,5% atau selsun shampoo dapat dipakai 2-3x seminggu. Obat ini digosokkan pada kulit kepala dan didiamkan 15-30 menit sebelum mandi. 2) Salep Whitfield atau larutan natrium tiosulfat 20% dioleskan pada lesi setiap hari. 3) Ketokonazol tablet 1x 200mg sebagai anti jamur sistemik selama 10 hari. 4) Derivat azol, misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol (anti jamur topical) dioleskan pada lesi 2x sehari.

Anatomi Integumen

A. Kulit Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari. Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepad fungsinya masing - masing. Kulit di daerah – daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi). 1. Anatomi Kulit Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau korium) dan lapisan subkutan. Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : a. Epidermis (kulit ari) Gambar : Penampang Lapisan Kulit Ari (Epidermis) Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Tidak ada terdapat pembuluh darah pada epidermis. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu : 1) Lapisan tanduk (stratum corneum) Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar. 2) Lapisan bening (stratum lucidum) Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening. 3) Lapisan berbutir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. 4) Lapisan bertaju (stratum spinosum) Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuankesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan glutation 5) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. b. Dermis Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit. 1) Kelenjar keringat Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu : a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya. b) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon. 2) Kelenjar palit (sebasea) Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat. c. Lapisan Subkutan / jaringan penyambung Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam banyak mengandung sel limposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel lemak berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi. 2. Warna Kulit Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama ditentukan oleh : a. Oxyhemoglobin yang berwarna merah b. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan c. Melanin yang berwarna cokelat d. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta e. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan. Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih. 3. Jenis Kulit Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai, menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan tindakan koreksi baik dalam perawatan maupun dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri : a. Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun b. Kulit senantiasa kenyal dan kencang c. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya d. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur e. Kulit terlihat segar dan bercahaya f. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia. Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi : a. Kulit Normal Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak (sebaceous gland) pada kulit normal biasanya ‘tidak bandel’, karena minyak (sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun kekurangan. Meski demikian, kulit normal tetap harus dirawat agar senantiasa bersih, kencang, lembut dan segar. Jika tidak segera dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi jerawat. Selain itu kulit yang tidak terawat akan mudah mengalami penuaan dini seperti keriput dan tampilannya pun tampak lelah. Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan juga tidak terlihat kering. Meskipun jika dilihat sepintas tidak bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan timbulnya jerawat. b. Kulit Berminyak Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia sekitar 20 tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang mengalaminya. Penyebab kulit berminyak adalah karena kelenjar minyak (sebaceous gland) sangat produktif, hingga tidak mampu mengontrol jumlah minyak (sebum) yang harus dikeluarkan. Sebaceaous gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di lapisan dermis, mudah terpicu untuk bekerja lebih aktif. Pemicunya dapat berupa faktor internal atau faktor eksternal, yaitu : 1) Faktor internal meliputi : a) Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit berminyak, cenderung akan memiliki kulit berminyak pula. b) Faktor hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi produksi keringat. Karena itulah pada wanita yang sedang menstruasi atau hamil akan lebih sering berkeringat. Selain itu stres dan banyak gerak juga dapat menjadi pemicu keringat berlebihan. 2) Faktor eksternal meliputi : a) Udara panas atau lembab. b) Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica, makanan yang terlalu asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti bawang putih, makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan minuman yang terlalu panas. Kulit berminyak memerlukan perawatan khusus dibandingkan kulit normal. Pada jenis kulit ini, minyak berlebihan yang dibiarkan akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang pada saat selanjutnya akan menjadi jerawat, radang atau infeksi. Merawat kulit berminyak bukan berarti membuat kulit benarbenar bebas minyak, karena minyak pada kulit tetap diperlukan sebagai alat pelindung alami dari sengatan sinar matahari, bahanbahan kimia yang terkandung dalam kosmetika maupun terhadap polusi. Yang perlu dilakukan adalah menjaga agar kadar sebum tetap seimbang dan kulit tetap dalam keadaan bersih agar bakteri penyebab jerawat dapat terhambat. Memiliki jenis kulit berminyak, memiliki kelebihan yaitu membantu menjaga kelembaban lapisan dermis hingga memper-lambat timbulnya keriput. Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di daerah T tampak berlebihan, tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga mudah menyerap kotoran, mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah seringkali tidak dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul kerutan. c. Kulit Kering Kulit kering memiliki karakteristik yang cukup merepotkan bagi pemiliknya, karena pada umumnya kulit kering menimbulkan efek yang tidak segar pada kulit, dan kulitpun cenderung terlihat berkeriput. Kulit kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan cenderung sensitif, sehingga terlihat parched karena kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin, perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit kering. Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya : 1) Faktor genetik Faktor genetik merupakan kondisi bawaan seseorang, termasuk kondisi kulit wajah yang kering. 2) Kondisi struktur kulit Kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu memberi cukup lubrikasi untuk kulit, menimbulkan dehidrasi pada kulit. 3) Pola makan Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti vitamin A dan vitamin B merupakan salah satu pemicu kulit menjadi kering. 4) Faktor lingkungan Pengaruh lingkungan seperti terpapar sinar matahari, angin, udara dingin, radikal bebas atau paparan sabun yang berlebihan saat mandi atau mencuci muka pun akan sangat berpengaruh pada pembentukan kulit kering 5) Penyakit kulit Kondisi lainnya yang sangat berpeluang menjadi penyebab kulit kering adalah karena kulit terserang penyakit tertentu seperti eksim, psoriasis dan sebagainya. Kulit kering merupakan bentuk lain dari tanda tidak aktifnya kelenjar thyroid dan komplikasi pada penderita diabetes. Kulit kering terjadi jika keseimbangan kadar minyak terganggu. Pada kulit berminyak terjadi kelebihan minyak dan pada kulit kering justru kekurangan minyak. Kandungan lemak pada kulit kering sangat sedikit, sehingga mudah terjadi penuaan dini yang ditandai keriput dan kulit terlihat lelah serta terlihat kasar. Kulit kering memerlukan perawatan yang bersifat pemberian nutrisi agar kadar minyak tetap seimbang dan kulit dapat selalu terjaga kelembabannya. Salah satu keuntungan kulit kering adalah riasan wajah dapat lebih awet, karena kadar sebum dalam lapisan dermis tidak berlebihan hingga riasan tidak mudah luntur. Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi kasar, mudah merekah dan terlihat kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit ari, tidak terlihat minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi kelenjar keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya yaitu mudah timbul kerutan yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit dan berkurangnya daya kerut otot-otot, mudah timbul noda hitam, mudah bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah luntur, reaktivitas dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsangan-rangsangan berkurang sehingga peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan tampak pucat, suram dan lelah. d. Kulit sensitif Kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan warna, dan reaksi cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi (allergen). Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak sangat dekat dengan permukaan kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat cepat. Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah, gatal, iritasi hingga luka yang jika tidak dirawat secara baik dan benar akan berdampak serius. Warna kemerahan pada kulit sensitif disebabkan allergen memacu pembuluh darah dan memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit. Berdasarkan sifatnya tadi, perawatan kulit sensitif ditujukan untuk melindungi kulit serta mengurangi dan menanggulangi iritasi. Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung, diperlukan bantuan dokter kulit atau dermatolog untuk memeriksanya dalam tes alergi-imunologi. Dalam pemeriksaan alergi, biasanya pasien akan diberi beberapa allergen untuk mengetahui kadar sensitivitas kulit. Kulit sensitif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : mudah alergi, cepat bereaksi terhadap allergen, mudah iritasi dan terluka, tekstur kulit tipis, pembuluh darah kapiler dan ujung saraf berada sangat dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit mudah terlihat kemerahan. Faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit sensitif antara lain : makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan minuman beralkohol, niasin atau vitamin B3, kandungan parfum dan pewarna dalam kosmetika, sinar ultraviolet dan gangguan stres. Kulit sensitif berbeda dengan kulit reaktif. Meski timbul bercak kemerahan atau gatal-gatal akibat penggunaan kosmetika tertentu, belum tentu menjadi gejala atau tanda kulit sensitif. Kemungkinan bercak kemerahan tadi hanya menandakan iritasi ringan, yang akan hilang sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat menjadi sensitif jika iritasi kemudian meluas dan sukar sembuh. Untuk membedakannya perlu dilakukan tes alergi-imunologi oleh dokter kulit. e. Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia. Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi : kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada kondisi tertentu kadang dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak merata. Pada bagian tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan daerah lain tidak, karena itu perawatan kulit kombinasi memerlukan perhatian khusus. Area kulit berminyak dirawat dengan perawatan untuk kulit berminyak dan di area kulit kering atau normal dirawat sesuai dengan jenis kulit tersebut. Kulit kombinasi atau kulit campuran memiliki ciri-ciri sebagai berikut : kulit di daerah T berminyak sedangkan di daerah lain tergolong normal atau justru kering atau juga sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya yakni di area kulit berminyak akan terjadi penebalan dan di area normal atau kering akan lebih tipis. 4. Fungsi Kulit Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut : a. Pelindung atau proteksi Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari. b. Penerima rangsang Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi. c. Pengatur panas atau thermoregulasi Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat. d. Pengeluaran (ekskresi) Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari. e. Penyimpanan. Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak. f. Penyerapan terbatas Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya. g. Penunjang penampilan Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut. 5. Vaskularisasi Kulit Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis. Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus superfisialis dan pleksus profunda. B. Kuku Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal. Bagian-bagian kuku : 1. Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru. 2. Dinding kuku (nail wall) : merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas. 3. Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku. 4. Alur kuku (nail groove) : merupakan celah antara dinding dan dasar kuku. 5. Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. 6. Lempeng kuku (nail plate) : merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. 7. Lunula : merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit. 8. Eponikium : merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku. 9. Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas (free edge) menebal. Kutikula ialah stratum komeum yang terbentuk dari lipatan kuku proksimal, yang lengket dengan lempeng kuku (nail plate). Jari-jari tangan mendapat vaskularisasi pembuluh darah yang berjalan paralel dan pembuluh darah tersebut beranas- tomosis pada ruangan pulpa di bawah falangs terminal membentuk lengkungan di sekitar tulang dan mevaskularisasi jaringan lipatan kuku, di bantalan kuku juga terdapat glomus yang merupakan struktur vaskuler khusus yang bekerja sebagai arterivenosa untuk mengatur aliran darah pada cuaca dingin C. Rambut Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora. Pertumbuhan rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. 1. Anatomi rambut a. Akar Rambut (Hair Folicle) Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Seperti yang terlihat pada gambar di atas maka akar rambut terbagi: 1) Bulp yaitu bagian pangkal rambut yang membesar, seperti bentuk bola, gunanya untuk melindungi papil rambut. 2) Papil rambut adalah bagian yang terlindungi di dalam bulp atau terletak dibagian terbawah dari folicle rambut. Papil rambut tidak ubahnya seperti piring kecil yang tengahnya melengkung dan menonjol ke arah rambut, lengkungan inilah yang menyebabkan ia disebut papil, berasal dari sel-sel kulit jangat (corium) serta kulit ari (epidermis). Diantara sel-sel papil juga terdapat melanosit. Melanosit menghasilkan pigmen (zat warna), yang akan disebarkan terutama ke dalam contek, kemudian ke dalam medulla rambut. Di samping itu juga terdapat di dalam papil rambut yaitu pembuluh darah dan getah bening, yang berfungsi memberi makanan kepada rambut (memelihara kehidupan rambut), serta terdapat juga saraf yang mensarafi folicle rambut. Itu sebabnya rambut tidak mempunyai saraf perasa. Oleh karenanya kita tidak merasa sakit bila rambut digunting atau dipangkas. 3) Folicle rambut ialah kandungan atau kantong rambut tempat tumbuhnya rambut. Kantong rambut terdiri dari 2 lapis. Lapisan dalamnya berasal dari sel-sel epidermis, sedangkan lapisan luarnya berasal dari sel-sel dermis. Rambut yang panjang dan tebal mempunyai folicle berbentuk besar, folicle rambut ini bentuknya menyerupai silinder pipa. Kalau folicle bentuknya lurus, rambut juga lurus dan bila melengkung rambut jadi berombak. Tetapi kalau lengkungannya itu lebih lengkung lagi, maka rambutnya keriting. Di dalam folicle ini bermuara kelenjar lemak (palit). 4) Otot penegak rambut ialah yang menyebabkan rambut halus bulu roma berdiri bila ada sesuatu rangsangan dari luar dan dari dalam tubuh kita. Misalnya merasa seram, kedinginan, kesakitan, kelaparan dan sebagainya. 5) Matrix, disebut juga dengan umbi/tombol atau lembaga rambut. Seperti dijelaskan di depan, bahwa di dalam folicle terdapat rambut. Bagian yang berdekatan dengan papil lebih subur daripada bagian yang lebih jauh di atasnya. Bagian yang subur itulah yang disebut matrix atau umbi/tombol atau lembaga rambut. Mengapa pada bagian itu lebih subur ?. Ini disebabkan karena kelompok sel yang terdapat dibagian itu selalu membelah diri, membentuk bagian rambut baru. Diantara sel-sel umbi juga terdapat sel-sel melanosit. Bagian paling dalam atau tengah umbi rambut, sel-selnya berwarna keputih-putihan dan masih lembek (masih muda). Sel-sel ini masih mengandung parakeratin (sel rambut yang warnanya sudah lebih mantap, sudah keras, mengandung keratin). Parakeratin adalah zat pendahulu keratin. Sel-sel rambut yang masih muda ini 19 terdorong ke atas oleh sel-sel yang terjadi kemudian. Makin ke atas makin mengalami proses keratinisasi penandukan. b. Lapisan Batang Rambut Batang rambut ialah bagian rambut yang kelihatan di atas permukaan kulit. Seperti yang dijelaskan oleh Yenes (1984:2) bahwa batang rambut ini terbagi pula atas 3 bagian, yakni: 1) Cuticula (selaput kulit ari) yang berbentuk seperti sisik-sisik ikan dan sangat berfungsi untuk melindungi lapisan rambut (berada paling luar yang merupakan pelindung). Di samping itu ia juga berfungsi untuk menentukan besar kesilnya daya serap zat cair pada rambut seperti air, shampo, conditioner, obat keriting, zat/cat pewarna rambut, bleaching. Pada rambut yang kasar lapisan cuticula nya juga kasar. Sedang pada rambut yang halus lapisan cuticula nya juga halus. 2) Cortex atau kulit ari rambut, ialah bagian rambut yang terbesar dan merupakan lapisan di bawah cuticula. Cortex berfungsi sebagai lapisan yang menentukan warna karena pigmen (zat warna rambut dikandung oleh lapisan ini). Misalnya penyerapan zat cair, obat keriting, cat rambut, dan lain-lain. Jadi cortex ini berhubungan dengan sifat elastisitas rambut. 3) Medulla atau sum-sum rambut. Medulla ini terdapat dibagian paling tengah. Rambut yang halus sekali ada yang tidak terdapat medulla nya. Agar jelasnya perhatikanlah Gambar di bawah ini, yang menunjukkan penampang dari batang rambut. c. Bentuk Rambut Berkaitan dengan struktur maka bentuk-bentuk rambut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Lurus, tidak bergelombang dan tidak keriting. Biasanya rambut yang lurus dapat memberikan beberapa kemudahan kepada si pemakai misalnya dalam hal tatanan rambut, baik yang dipotong maupun yang disanggul. Mengapa demikian? Karena rambut lurus ini mempunyai folicle yang lurus dan penampangnya bulat. 2) Berombak yaitu memperlihatkan gelembung yang besar pada rambut. Hal ini disebabkan karena folicle nya melengkung dan penampangnya lonjong/oval. Rambut ini juga termasuk mudah dalam hal penataan, baik yang disanggul atau disasak maupun yang dipotong pendek. 3) Keriting, biasanya rambut yang keriting berbentuk gelombang kecil-kecil atau sedang. Ini adalah karena folicle nya amat melengkung sedangkan penampangnya gepeng. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah struktur rambut pada gambar berikut 2. Jenis rambut, yaitu: a) Rambut yang panjang dan agak kasar yakni rambut kepala. b) Rambut yang agak kasar tetapi pendek yang berupa alis. c) Rambut yang agak kasar tetapi tidak sepanjang rambut dikepala, contohnya rambut ketiak. d) Rambut yang halus yang terdapat pada pipi, dahi, lengan, perut, punggung dan betis. 3. Terdapat 3 fase pertumbuhan rambut : a. Fase pertumbuhan (Anagen) kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat. b. Fase Peralihan (Katagen) Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). berlangsung 2-3 minggu c. Fase Istirahat( Telogen) Berlangsung + 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 – 100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma , stress, disebut Piloereksi. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin. Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hgormon seks( rambut wajah, janggut, kumis, dada, punggung, di control oleh H. Androgen. Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita) 4. Fungsi rambut a. Melindungi Kulit Dari Pengaruh Buruk:Alis Mata Melindungi Mata Dari Keringat Agar Tidak Mengalir Ke Mata, Bulu Hidung (Vibrissae) b. Menyaring Udara. c. Serta Berfungsi Sebagai Pengatur Suhu, d. Pendorong Penguapan Keringat Dan e. Indera Peraba Yang Sensitive. DAFTAR PUSTAKA Heather Brannon, MD. 2007. “Skin Anatomy” http://dermatology.about.com/cs/skinanatomy/a/anatomy.html (9 Mei 2010, 19.20) Bardia Amirlak, MD. 2008. “Skin Anatomy” http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview ( 10 Mei 2010, 15.11) ”Anatomi dan Fisiologi Kulit” http://cupu.web.id/anatomi-dan-fisiologi-kulit/ ( 9 Mei 2010, 19.15) ”Anatomi Fisiologi Kulit” http://crayonpedia.org ( 10 Mei 2010, 15.00)

PEMERIKSAAN FISIK INTEGUMEN

Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup teknik inspeksi dan palpasi. A. Inspeksi 1. Warna / adanya perubahan pigmentasi Warna kulit di setiap bagian seharusnya sama, kecuali jika ada peningkatan vaskularisasi. Variasi normal warna kulit antara lain: Variasi normal Deskripsi a. Tahi lalat Kecoklatan – coklat tua, bisa datar atau sedikit menonjol b. Stretch mark (striae) Keputihan atau pink, dapat disebabkan karena berat yang berlebih atau kehamilan. c. Freckles (bintik-bintik di tubuh) Datar dimanapun bagian tubuh. d. Vitiligo Area kulit tak terpigmentasi, prevalensi lebih pada orang kulit gelap. e. Tanda lahir Umumnya datar, warnanya bisa kecoklatan, merah, atau cokelat Warna kulit yang abnormal yaitu kekuningan atau jaudis. Hal ini dapat mengindikasikan terjadinya kelainan fungsi hati atau hemolisis sel darah merah. Pada orang berkulit gelap, jaundis terlihat sebagai warna kuning-hijau pada sklera, telapak tangan, dna kaki. Pada orang berkulit cerah, jaundis terlihat berwarna kuning pada kulit, sklera, bibir, palatum, dan dibawah lidah. Warna kulit abnormal lainnya yaitu eritema. Eritema dimanifestasikan sebagai kemerahan pada orang berkulit cerah dan coklat atau ungu pada orang berkulit gelap. Hal ini mengindikasikan peningkatan temperatur kulit karena inflamasi (proses vaskularisasi jaringan). 2. Adanya lesi Lesi pada kulit dideskripsikan dengan warnanya, bentuk, ukuran, dan penampilan umum. Selain itu batas luka apakah luka datar, menonjol juga harus dicatat. Tipe Lesi Kulit Deskripsi a. Blister Adanya cairan – vesikel terisi atau bullae b. Bulla Blister lebih dari 1 cm. c. komedo Karena dilatasi pori-pori d. Crust (kerak) Eksudat kering yang merusak epitel kulit, e. Cyst (kista) Semisolid atau masa berisi cairan, enkapsulasi pada lapisan kulit yang lebih dalam. f. Deskuamasi Peluruhan atau hilangnya debris pada permukaan kulit. g. Erosi Kehilangan epidermis, dapat dikaitakan dengan vesikel, bulae, atau pustula. h. Eksoriasi Erosi epidermal n=biasanya karena peregangan kulit. i. Fissura Retak pada epidermis biasanya sampai ke dermis j. Makula Area datar pada kulit dengan diskolorisasi, diameter kurang dari 5 mm. k. Nodul Solid, peningkatan lesi atau masa, diameter 5 mm- 5 cm l. Papula Solid, peningkatan lesi dengan diameter kurang dari 5 mm m. Plaque Timbul, lesi datar diameter lebih besar dari 5 mm n. Pustula Papula berisi eksudat purulen o. Scale Debris kulit pada permukaan epidermis p. Tumor Masa padat, diameter lebih besar dari 5 cm, biasanya berlanjut ke dermis. q. Ulserasi Kehilangan epidermis, berlanjut sampai dermis atau lebih dalam. r. Urticaria Timbul wheal– seperti lesi berhubungan dengan reaksi makanan dan obat. s. Vesikel Lesi terisi sedikit cairan, diameter kurang dari 1 cm t. Wheal Transient, timbul, pink, tidak rata dengan edema disekitarnya. 3. Adanya ruam Munculnya ruam kulit mengindikasikan adanya infeksi atau reaksi obat. Beberapa jenis ruam dapat dilihat pada tabel diatas. Keberadaan ruam berhubungan dengan perubahan farmako terapi yang penting untuk membantu identifikasi adanya reaksi hipersensitivitas alergi. Perkembangan urtikaria terjadi karena adanya reaksi obat atau makanan. Infeksi kulit dapat disebabkan oleh jamur atau ragi. Misalnya infeksi oleh Candida Albicans yang meninvasi jaringan yang lebih dalam. 4. Kondisi rambut Kuantitas, kualitas, distribusi rambut perlu di catat. Kulit kepala seharusnya elastis dan terdistribusi rambut merata. Alopesia berhubungan dengan adanya kehilangan rambut dan menyebar, merata, dan lengkap, biasanya dikarenakan terapi obat seperti kemoterapi. Hirsutism atau meningkatnya pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, atau pubis merupakan salah satu penemuan abnormal. Hal ini dapat ditemukan pada wanita menopause, gangguan endokrin, dan terapi obat tertentu (kortikosteroid, androgenik). 5. Kondisi kuku Kuku seharusnya berwarna pink dengan vaskularisasi yang baik dan dapat dilakukan tes kapilari refil. a. Kuku yang membiru dan keunguan dapat mengindikasikan terjadinya sianosis. b. Jika warnanya pucat, bisa saja terjadi penurunan aliran darah ke perifer. c. Ketika ditemukan adanya clubbing, sudut kuku ≥180°, mengindikasikan adanya hipoksia kronik. d. Terry’s nail pada sirosis, gagal jantung, dan DM tipe II. e. Kuku berwarna keputihan dengan bagian distal berwarna coklat kemerahan gelap. Koilonychias anemia defisiensi zat besi. f. adanya garis –garis tipis pada kuku defisiensi protein. adanya spot putih pada kukudefisiensi zinc. 6. Bau catat bau badan dan adanya bau pada pernapasan, berhubungan erat dengan kualitas perawatan diri klien. B. Palpasi Palpasi kulit meliputi : 1. Tekstur : palpasi kelembutan permukaan kulit. Kulit kasar terjadi pada pasien hipitiroidisme. 2. Kelembaban Dideskripsikan dengan kering, berminyak, berkeringat, atau lembab. Kulit berminyak dengan jerawat dan dengan peningkatan aktivitas kelenjar minyak dna pada penyakit parkinson. Diaforesis sebagai respon meningkatnya suhu atau melabolisme tubuh. Hiperhidrosis istilah terhadap perspirasi berlebihan. 3. Temperatur 4. Mobilitas dan turgor Ketika mengkaji secara terpusat, diatas klavikula, kulit seharusnya mudah untuk dicubit, dan cepat kembali ke posisi awal. Mobilitas kulit menurun pada scleroderma atau pada pasien dengan peningkatan edema. Turgor kulit menurun pada pasien dehidrasi. 5. Edema non pitting atau pitting edema Nonpitting edema, tidak terdepresi dengan palpasi, terlihat pada pasien dengan respon inflamasi lokal dan disebabkan oleh kerusakan endotel kapiler. Kulit terlihat merah, keras, dan hangat.Pitting edema biasanya pada kulit ekstremitas dan dapat menimbulakan depresi ketika dilakukan palpasi. Skala (1+ to 4+) Pengukuran Deskripsi Waktu kembali 1+/4 2 mm Nyaris dapat terdeteksi Segera 2+/4 4 mm Pitting Lebih dalam Beberapa detik 3+/4 6 mm Pitting dalam 10-20 detik 4+/4 10 mm Sangat dalam >20 detik a. Terjadi kehilangan jaringan lemak bawah kulit dan penurunan vaskularisasi lapisan dermis memicu penipisan kulit, keriput, kehilangan turgor kulit dan actinic purpura. b. Terpapar matahari dalam waktu lama memicu kulit menguning dan menebal dan perkembangan solar lentigo. c. Menurunnya aktivitas kelenjar sebase dan kelenjar keringat memicu pengelupasan kulit dan kekeringan. d. Menurunnya melanin menyebabkan rambut menjadi abu-abu – putih. e. Menurunnya kadar hormon menyebabkan penipisan rambut kepala. f. Penurunan sirkulasi perifer menyebabkan pertumbuhan yang lambat pada kuku dan kuku menjadi rapuh C. Pemeriksaan Fisik Genetalia 1. Inspeksi dan Palpasi genetalia eksterna wanita a. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan dimulai b. Anjurkan klien membuka celana dan mengatur posisi litotomi dan menutupi bagian yang tidak dinikmati c. Mengatur pencahayaan sehingga area perineal mendapatkan sinar dengan baik d. Memakai sarung tangan pada kedua tangan e. Jangan menyentuh area parineal tanpa memberi tahu klien, atau sentuh paha klien terlebih dahulu f. Inspeksi kuantitas dan penyebaran dan pertumbuhan bulu pubis dan dibandingkan dengan usia perkembangan klien g. Observasi kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema, fisura, euplakia dan ekoriasi h. Tarik lembut labia minor, orivisium uretra, selaput darah, orivisium vagina dan pirenium i. Perhatikan setiap adanya pembekakan alkus, nedula. j. Palpasi pada kelenjar skene untuk mengetahui adanya discarge maupun kekakuan. k. Palpasi pada kelenjar Bartoli 2. Inspeksi dan palpasi genetalia pria a. Memakai sarung tangan b. Inspeksi penis mengenai kulit dan ukuran c. Pada pria yang belum di sirkumsisi/sunat tarik perkusimu/kulup untuk menginfeksi kepala penis dan meatus uretra terhadap adanya cairan, lesi, edema dan emplamasi d. Inspeksi batang penis untuk mengetahui adanya lesi, jaringan parut atau edema e. Palpasi lembut batang penis diantara ibu jari dan jari-jari utuma untuk mengetahui adanya area pengerasan atai nyeri lokal.

LUKA BAKAR (combustio)

A. Pengertian Luka bakar adalah suatu luka yang terjadi karena adanya kontak antara kulit dengan panas kering, panas basah, bahan kimia, arus listrik dan radiasi (Long, 1996). Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan karena adanya perpindahan energi dari sumber panas ketubuh, dan panas tersebut bisa dihantarkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik (Effendy, 1999). B. Etiologi Penyebab dari luka bakar yang terbanyak dikarenakan oleh sengatan api akibat dari kelalaian, ceroboh dan sifat ingin tahu dari anak-anak sehingga banyak sekali korban luka bakar adalah anak- anak. Radiasi,bahan kimia. C. Patofisiologi Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis. Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik. Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah. Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang didarahinya nanti. Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di darah. Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium. Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar D. Klasifikasi Luka Bakar Luka bakar diklasifikasikan : 1. Keparahannya : a. Luka bakar minor, yakni cedera luka bakar ketebalan partial yang kurang dari 15 % LPTT pada orang dewasa dan 10 % LPTT pada anak- anak. b. Luka bakar sedang yakni cedera ketebalan partial dengan 15 % sampai 25 % dari LPTT pada orang dewasa atau 10 % sampai 20 % LPTT pada anak- anak. c. Luka bakar mayor, yakni cedera ketebalan partial lebih dari 25 % LPTT pada orang dewasa atau 20 % pada anak- anak, mengenai daerah mata, wajah, telinga, kaki dan perineum. 2. Lokasi : Luka bakar pada kepala, leher dan dada seringkali mempunyai kaitan erat dengan komplikasi pulmonal. Luka bakar yang mengenai wajah erat kaitannya mengenai mata yang dapat menyebabkan abrasia kornea. Bila pada telinga dapat menyebabkan kordritis aurikuler dan rentan terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Bila luka bakar mengenai ekstrimitas akan menyebabkan kehilangan waktu yang lama untuk dapat bekerja kembali. Luka bakar yang mengenai daerah peritoneum akan memudahkan terjadinya infeksi akibat autokontaminasi oleh urine dan feses. 3. Ukuran luka bakar Ukuran luka bakar ditentukan dengan salah satu dari dua metode yaitu role of nine atau diagram Lund & Browder. Ukuran luka bakar ditunjukan dengan presentasi LPTT (luas permukaan tubuh total). Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu: a) Kepala dan leher : 9% b) Lengan masing-masing 9% : 18% c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% d) Tungkai masing-masing 18% : 36% e) Genetalia/perineum : 1% Total : 100% Diagram bagan Lund & Browder. Metode yang digunakan untuk menghitung LPT luka bakar sesuai dengan golongan usia. Lahir 1 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 15 Tahun Dewasa Setengah kepala 9½% 8 ½ % 6 ½ % 5 ½ % 4 ½ % 3 ½ % Setengah paha 2¾% 3 ¼ % 4 % 4 ¼ % 4 ½ % 4 ¾ % Setengah tungkai bawah 2½% 2 ½ % 2 ¾ % 3 % 3 ¼ % 2 ½ % 4. Berat Ringannya Luka Bakar Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : a) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. b) Kedalaman luka bakar. c) Anatomi lokasi luka bakar. d) Umur klien. e) Riwayat pengobatan yang lalu. f) Trauma yang menyertai atau bersamaan. American college of surgeon membagi dalam: a) Parah - critical: 1) Tingkat II : 30% atau lebih. 2) Tingkat III : 10% atau lebih. 3) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. 4) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas. b) Sedang - moderate: 1) Tingkat II : 15 - 30% 2) Tingkat III : 1 - 10% c) Ringan - minor: 1) Tingkat II : kurang 15% 2) Tingkat III : kurang 1% 5. Usia korban luka bakar Usia sangat mempengaruhi keparahan dan keberhasilan dalam perawatan luka bakar. Angka kematian terjadi lebih tinggi jika luka bakar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama mereka kelompok uasia 0- 1 tahun dan klien berusia 65 tahun. 6. Dalamnya Luka Bakar Klasifikasi Combustio a) Luka Bakar Tingkat I 1) Kedalaman : Ketebalan partial superfisial 2) Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari). 3) Penampilan : Kering tidak ada gelembung, oedem minimal atau tidak ada, pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. 4) Warna : Bertambah merah. 5) Perasaan : Nyeri b) Luka Bakar Tingkat II 1) Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam. 2) Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada pakaian, jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet. 3) Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali. 4) Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. 5) Perasaan : Sangat nyeri c) Luka Bakar Tingkat III 1) Kedalaman : Ketebalan sepenuhnya 2) Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak dengan arus listrik. 3) Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan. 4) Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah. 5) Perasaan : Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut. E. Penatalaksanaan Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan luka bakar yaitu ; penyembuhan luka, infeksi dan penganan luka. 1. Penyembuhan luka proses penyembuhan luka terbagi dalam tiga fase yaitu inflamasi, fibroblastik dan maturasi. 2. Infeksi Masalah yang sering terjadi yaitu adanya infeksi yang nantinya akan diikuti terjadinya sepsis, sehingga perlu diperhatikan adanya tanda-tanda infeksi meliputi merah, bengkak, nyeri dengan jumlah mikroorganisme lebih dari 100.000/gram jaringan. 3. Penanganan luka Penanganan luka merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom kompartement karena adanya luka bakar circumferencial. F. Pathways G. Diagnosa keperawatan 1. Defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas, kehilangancairan melalui rute abnormal 2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar 3. Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan odema 4. Kerusakan integritas kulit s/d adanya luka bakar dalam 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik 6. Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap / sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada dan leher 7. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk, kemungkinan kontraktur sekunder terhadap luka bakar ketebalan penuh 8. resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstrimitas H. Implementasi 1. Dx I : Defisit volume cairan b/d luka bakar yang luas, kehilanagn cairan melalui rute abnormal. Kriteria Evaluasi : Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi odema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran, urine diatas 30 ml/jam, TTV dalam batas normal. Intervensi a. Awasi tanda-tanda vital R/ memberikan pedoman untuk pengantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler b. Awasi haluaran urine dan berat jenis R/ secara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan R/ mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan d. Timbang BB tiap hari R/ penggantian cairan tergantung pada BB pertama dan perubahan selanjutnya e. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, dan membantu mencegah komplikasi. R/ resusitasi cairan menggantikan kehiangan cairan / elektrolit, plasma, albumin. f. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, elektrolit) R/ kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit 2. Dx II : Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar Kriteria Evaluasi : tak ada pembentukan jaringan granulasi tetap bebas dari infeksi Intervensi : a. Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai dengan indikasi R/ tergantung pada tipe dan luasnya luka b. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan klien R/ mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi. c. Gunakan skort, sarung tangan, masker, dan teknik aseptik ketat selama perawtan luka langsung dan berikan pakaian steril / baju juga linen / pakaian R/ mencegah terpajan pada organisme infeksius d. Awasi / batasi pengunjung bila perlu jelaskan isolasi terhadap pengunjung bila perlu R/ mencegah kontaminasi silang dari pengunjung e. Awasi TTV untuk demam, peningkatan frekuensi pernafasan, penurunan jumlah trombosit. R/ indikator sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi f. Ambil kultur rutin dan sensitifitas luka / drainase R/ memungkinkan pengenalan dini dan pengobatan khusus infeksi 3. Dx III : Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan odema Kriteria Evaluasi : Melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, berpartisipasi dalam aktififitas dengan tepat. Intervensi a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-1) R/ perubahan lokasi atau intensitas, karakter nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi b. Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat R/ pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar dan untuk mencegah menggigil c. Jelaskan prosedur / berikan informasi yang tepat, khususnya pada debridemen R/ membantu menghilangkan nyeri / meningkatkan relaksasi d. Dorong penggunaan teknik manajemen strees contoh relaksasi progresi, nafas dalam, dll R/ memfokuskan kembali perhatian, meningkatan teknik relaksasi dan untuk meningkatkan rasa kontrol e. Berikan analgesik (narkotik dan non narkotik ) sesuai indikasi R/ menghilangkan rasa nyeri f. Berikan aktifitas terapeutik tepat untuk usia / kondisi R/ membantu mengurangi konsentrasi rasa nyeri , memfokuskan kembali perhatian g. Berikan tempat tidur yang nyaman sesuai dengan indikasi R/ peninggian linen dari luka membantu mengurangi rasa nyeri. 4. Dx IV : Kerusakan integritas kulit s/d adanya luka bakar dalam Kriteria Evaluasi : menunjukkan regenerasi jaringan mencapai penyembuhan tepat waktu Intervensi a. Kaji ukuran, warna, kedalaman luka bakar, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka R/ memberikan dasar informasi tentang kebutuhan penambahan kulit. b. Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi R/ menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko terjadinya infeksi c. Siapkan / bantu prosedur bedah atau balutan biologis d. Tinggikan area graft bila mungkin atau tepat. Pertahankan posisi yang diingin kan dan immobilisasi area bila diindikasikan R/ menurunkan pembengkakan resiko pemisahan graft e. Pertahankan balutan di atas area graft baru dan atau sisi donor sesuai indikasi R/ menghilangkan robekan dari epitel baru atau melindungi jaringan sembuh 5. Dx V : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status hipermetabolik Kriteria Evaluasi : menunjukkan pemasukan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan oleh BB stabil, dan regenerasi jaringan Intervensi a. Auskultasi bising usus b. Pertahankan jumlah kalori ketat, timbang tiap hari R/ pedoman tepat untuk pemasukan kalori c. Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering R/ membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan masukan d. Berikan kebersihan oral sebelum makan R/ meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik e. Barikan diit TKTP dengan tambahan vitamin R/ memnuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan BB dan mendorong regenerasi jaringan. f. Pastikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai R/ meningkatkan masukan dalam tubuh. 6. Dx VI : Kerusakan pertukaran gas b/d cidera inhalasi asap / sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada dan leher Kriteria Evaluasi : Frekuensi pernafasan 12-24 per jam warna kulit normal, GDA dalam batas normal bunyi nafas bersih tak ada kesulitan bernafas. Intervensi a. Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan, sianosis R/ menentukan intervensi medik selanjutnya b. Latih nafas dalam dan perubahan posisi sering R/ meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret c. Awasi / gambarakan seri GDA R/ mengidentifikasikan kemajuan / penyimpanan dari hasil yang diharapkan d. Pertahankan posisi semi fowler, bila hipotensi takada R/ untuk memudahkan vebtilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma e. Anjurkan pernafasan dalam dengan menggunakan spirometri insentif setiap 2 jam selama tira baring R/ pernasan dalam mengembangkan alveoli, dapat menurunkan resiko atelektasis 7. Dx VII : resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk, kemungkinan kontraktur sekunder terhadap luka bakar ketebalan penuh Kriteria Evaluasi : Mengungkapkan harapan realistis dari tindakan mengungkapkan kenyataan positif tentang diri Intervensi a. Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan R/ mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping b. Anjurkan latihan gerak aktif setiap 2 jam R/ untuk mencegah pengencangan jaringan parut progresif dan kontraktur c. Anjurkan klien untuk memenuhi aktifitas kehidupan sehari hari dengan bantuan perawat (sesuai dengan kebutuhan) R/ Melakukan aktifitas sehari-hari memberikan latihan aktif, memudahkan pemeliharaan flesibilitas sendi dan tonus otot. 8. Dx VIII : resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan b/d luka bakar melingkari ekstrimitas Kriteria Evaluasi : warna kulit normal menyangkal kebas dan kesemutan nadi perifer dapat diraba Intervensi a. Untuk luka bakar melingkari ekstrimitas pantau status neurovaskuler dari ekstrimitas setiap 2 jam R/ Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan b. Pertahankan ekstrimitas bengkak di tinggikan R/ untuk meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan c. Kolaborasi dengan tim medis bila terjadi penuruan nadi, pengisian kapiler buruk / penurunan sensasi R/ Temuan ini menandakan kerusakan sirkulasi distal DAFTAR PUSTAKA Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical- Surgical Nursing. EGC. Jakarta. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta. Effendi Christantie, (1999). Perawatan pasien luka bakar. EGC. Jakarta
  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *