RSS
Facebook
Twitter

Monday, 13 June 2011

APENDISITIS PADA ANAK

Ns,Tursino.,S.Kep

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP 2010-2011

Askep Apendisitis
A. Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.

Ada artikel lain seperti Penyakit Addison Atau Penyakit Bule (sebutan Di desa) klik Disini

B. Etiologi atau Penyebab Apendisitis
Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit (timbunan tinja yang keras) dalam lumen appendiks
3. Tumor appendiks
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.


C. Patofisiologi Apendisitis
Keterangan :
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

D. Tanda Dan Gejala Apendisitis
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi klien memburuk.

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue.

E. Penatalaksanaan Apendisitis
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
1. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan
2. Tindakan operatif ; appendiktomi
3. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

F. Asuhan Keperawatan Apendisitis
Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
Identitas penanggung.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Klien
Nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
2) Riwayat kesehatan sekarang
keluhan nyeri abdomen kanan bawah, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.

3) Riwayat kesehatan sekarang
Berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat. Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. Keamanan Demam, biasanya rendah.
4) Riwayat kesehatan dahulu
5) Riwayat kesehatan keluarga

Pemeriksaan fisik
a. Lakukan TTV
b. Pemeriksaan abdomen
• Inspeksi
• Auskultasi
• Palpasi
• Perkusi –
• Ekstermitas : lihat adanya edema atau lesi
Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit : 10.000 - 18.000 / mm3
b. Netrofil meningkat 75 %
c. WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)

Data Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi : Foto colon yang memungkinkan adanya fecalit pada katup.
b. Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian
c. Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
b. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.




1. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Perkembangan psikososial
Tinjauan
Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai “ Industri Versus Inferioritas”
 Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman sekolah dan guru.
 Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas perkembangan utama (kepercayaan, otonomi dan inisiatif) dan saat ini berfokus pada penguasaan kepandaian.
 Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang di tetapkan orang lain untuk anak.
Rasa takut dan stressor
 Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat terselesaikan atau berkurang namun, anak dapat menyembunyikan rasa takutnya.
 Stressor yang sering terjadi pada anak yang akan dilakukan tindakan bedah lebih besar, yaitu berfikiran bagaimana nanti kalau anak tersebut tidak sembuh, bahkan bisa berfikiran kalau anak tersebut meninggal,
 Sedangkan setelah dilakukan tindakan bedah anak akan merasa malu pada teman-teman akibat adanya perubahan dari tubuhnya, takut diejek oleh teman lainnya, takut tidak bisa beraktifitas atau bergaul dengan teman sebayanya karena malu.
 Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa jadi overprotektif.

G. Diagnosa Keperawatan Apendisitis
Pre operasi
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi.
b. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi kekurangan cairan pada pasien akan berkurang, dengan kriteria hasil :
NOC :hydration
No Indikator IR ER
1. Fluid intake
2. Weight loss
NIC : Fluid Management
• Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
• Monitor vital sign
• Monitor berat pasien sebelum dan setelah dialisis
• Dorong masukan oralju
• Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
• Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
• Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )

Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam, diharapkan rasa nyeri pasien dapat berkurang, dengan indikator :
NOC : Pain level
No Indikator IR ER
1. Fekuensi nyeri
2. Perubahan nafsu makan
3. Gangguan istirahat
NIC : Pain Management
• Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Pilih dan lakukan penanganan nyeri
• Tingkatkan istirahat
• Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam, di harapkan kecemasan pasien akan berkurang, dengan kriteria hasil :
NOC : Anxiety Self Control
No Indikator IR ER
1. Monitor intensitas kecemasan
2. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
NIC : Anxiety Reduction
• Gunakan pendekatan yang menenangkan
• Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
• Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
• Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
• Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
• Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Post operasi
a. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi apendektomi.
Setelah dilakukan tindakan selama 5 x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang, dengan kriteria hasil :
NOC : Pain level
No Indikator IR ER
1. Frekuensi nyeri
2. Ekspresi wajah
3. Ketegangan otot
NIC : Pain level
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang berhubungan dengan anorexia, mual.
NOC : Nutritional status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi dapatterpenuhi dengan indicator :
No. Indicator IR ER
Nutrient intake
Food and fluid intake
Energy
Weight 

NIC : Eating Disorder Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)


c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Kurang pengetahuan tentang perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam, diharapkan resiko infeksi berkurang, dengan kriteria hasil :
NOC : Knowledge Infection Control
No Indikator IR ER
1. Mendeskripsikan penatalaksanaan yang tepat pada infeksi
2. Mendeskripsikan langkah langkah yang harus dilakukan selanjutnya bila terinfeksi


H. Perencanaan
1. Persiapan umum operasi
Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi :
a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).
b. Mengukur tanda-tanda vital.
c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.
d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).
e. Wawancara.
2. Persiapan klien malam sebelum operasi
Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi;
a. Persiapan kulit
Kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi merusak integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.
Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur operasi.
b. Persiapan saluran cerna
Persiapan khusus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :
1) Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.
2) Mengurangi kemungkinan obstruksi usus.
3) Mencegah infeksi feses saat operasi.
Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :
1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.
2. Pemberian enema jika perlu.
3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
4. Jika klien menerima anastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.

c. Persiapan untuk anastesi
Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melakukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.
d. Meningkatkan istirahat dan tidur
Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.
3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-obatan pre operasi :
a. Mencatat tanda-tanda vital
b. Cek gelang identitas klien
c. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik
d. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus
e. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir
f. Anjurkan klien untuk buang air kecil
g. Perawatan mulut jika perlu
h. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala
i. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.
4. Intervensi pre operasi
a. Obsevasi tanda-tanda vital
b. Kaji intake dan output cairan
c. Auskultasi bising usus
d. Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik
e. Ajarkan tehnik relaksasi
f. Beri cairan intervena
g. Kaji tingkat ansietas
h. Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
5. Intervensi post operasi
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi
c. Kaji keadaan luka
d. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk.
e. Kaji status nutrisi
f. Auskultasi bising usus
g. Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.

I. Evaluasi
1. Gangguan rasa nyaman teratasi
2. Tidak terjadi infeksi
3. Gangguan nutrisi teratasi
4. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya
5. Tidak terjadi penurunan berat badan
6. Tanda-tanda vital dalam batas normal

0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *