A. Pengertian
Multiple
sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari sistim
syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk
atau degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi
untuk syaraf-syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi) dari
impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting untuk
memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf. Pada multiple sclerosis,
peradangan menyebabkan myelin akhirnya menghilang. Sebagai
konsekwensinya, impuls-impuls listrik yang berjalan sepanjang
syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai
tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak
syaraf-syaraf yang terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan
yang progresif pada fungsi-fungsi yang dikontrol oleh sistim syaraf
seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan, menulis, dan
ingatan.
B. Etiologi
Penyebab
dari multiple sclerosis masih belum diketahui. Pada 20 tahun terakhir,
peneliti-peneliti telah memusat (fokus) pada kelainan-kelainan dari
sistim imun dan genetik-genetik untuk penjelasan-penjelasan. Sistim imun
adalah pertahanan tubuh dan adalah sangat terorganisasi dan teratur.
Jika terpicu oleh suatu penyerang (agresor) atau obyek asing, sistim
imun menyusun suatu tindakan pertahanan yang mengidentifikasi dan
menyerang penyerbu dan kemudian menarik diri. Proses ini tergantung pada
komunikasi yang cepat diantara sel-sel imun dan produksi dari sel-sel
yang dapat menghancurkan pengganggu.
Pada
multiple sclerosis, peneliti-peneliti mencurigai bahwa suatu agent
asing seperti suatu virus merubah sistim imun sehingga sistim imun
merasa myelin sebagai suatu pengganggu dan menyerangnya. Serangan oleh
sistim imun pada jaringan-jaringan yang seharusnya melindungi disebut
autoimmunity, dan multiple sclerosis dipercayai adalah suatu penyakit
dari autoimmunity. Dimana beberapa dari myelin mungkin diperbaiki
setelah penerangan, beberapa dari myelin menghilang dan syaraf-syaraf
dilepaskan dari penutup ini (menjadi demyelinated). Luka parut juga
terjadi, dan material disimpan kedalam luka-luka parut dan membentuk
plak-plak (plaques).
C. Tanda dan gejala
Gejala-gejala
dari multiple sclerosis mungkin tunggal atau berlipat-lipat dan mungkin
mencakup dari ringan sampai berat dalam intensitas dan pendek sampai
panjang dalam durasi (lamanya). Remisi yang sepenuhnya atau sebagian
dari gejala-gejala terjadi awal pada kira-kira 70% dari pasien-pasien
multiple sclerosis.
Ganguan-gangguan penglihatan mungkin adalah gejala-gejala pertama dari
multiple sclerosis, namun mereka biasanya surut. Seorang pasien mungkin
mencatat penglihatan yang kabur, distorsi merah-hijau (color
desaturation), atau monocular blindness (kebutaan pada satu mata) yang
mendadak.
Kelemahan otot dengan atau tanpa kesulitan-kesulitan dengan koordinasi dan keseimbangan mungkin terjadi awal.
Kejang-kejang otot, kelelahan, mati rasa, dan nyeri kesemutan adalah gejala-gejala yang umum.
Mungkin ada suatu kehilangan sensasi, kesukaran berbicara, gemetaran-gemetaran, atau pening.
Lima puluh persen dari pasien-pasien mengalami perubahan-perubahan mental seperti:
• konsentrasi yang berkurang
• kekurangan-kekurangan perhatian,
• beberapa derajat dari kehilangan ingatan (memori),
• ketidakmampuan melakukan tugas-tugas secara berurutan, atau
• gangguan dalam keputusan/pertimbangan.
Gejala-gejala lain mungkin termasuk :
• Depresi
• Depresi maniak
• Paranoia, atau
• Suatu dorongan yang tidak terkontrol untuk tertawa dan menangis.
Ketika
penyakit memburuk, pasien-pasien mungkin mengalami kelainan fungsi
seksual atau kontrol isi perut dan kantong kemih yang berkurang. Panas
tampaknya memperhebat gejala-gejala multiple sclerosis untuk kira-kira
60% dari pasien-pasien. Kehamilan tampaknya mengurangi jumlah
serangan-serangan.
D. Patofisiologi
Penyebab
MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan penelitian
untuk mencari penyebab pasti penyakit MS. Kerusakan myelin pada MS
mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh
terutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus
bermigrasi menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang layak
terjadi pada setiap infeksi). Sitem kekebalan tubuh ini seharusnya
melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya (bakteri dan virus).
Banyak jenis MS yang menampakkan gejala penyakit kekebalan tubuh, dimana
tubuh menyerang sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam kasus
MS, yang diserang adalah Myelin). Para peneliti belum mengetahui apa
yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi ada
satu pemikiran bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa faktor.
Satu
teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam
tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini
dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung
mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah
mencoba mengidentifikasi
virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan
tidak ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus
campak ( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit
MS. Pada penderita multipel sklerosis ternyata
serum dan cairan serebrospinal mengandung berbagai antibodi campak
serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti tersebut dihasilkan dalam
otak.
Virus-virus ini
mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah menuju ke
otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi yang
melindungi darah/otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini
mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu
cara yang pada akhirnya membuat sel-sel tersebut menyerang dan
menghancurkan myelin. Pada awalnya, setiap peradangan yang terjadi
berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan regenerasi selaput mielin.
Pada saat ini, gejala awal MS masih berupa episode disfungsi neurologis
yang berulang kali membaik. Walaupun demikian, dengan berselangnya
waktu, sitokina yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi sejumlah
mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak
dan sumsum tulang belakang, dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta
degenerasi saraf kronis yang berkelanjutan.
Kerusakan
myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf
untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan
myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras:
pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.
Penyebab
lain MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan
penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit MS. Masih dipertanyakan
apakah meningkatnya kasus pada keluarga diakibatkan oleh predisposisi
genetik (tidak terdapat pola herediter) atau disebabkan karena sering
kontak dengan agen infeksi (mungkin virus) pads masa kanak-kanak yang
entah dapat menyebabkan multipel sklerosis pads waktu mulai menginjak
masa dewasa muda.
Penyelidikan
migrasi menunjukkan bahwa jika orang dewasa pindah dari tempat dengan
risiko tinggi ke tempat dengan risiko rendah, mereka tetap mempunyai
risiko tinggi untuk menderita multipel sklerosis. Tetapi jika migrasi
terjadi sebelum mencapai usia 15 tahun, maka individu tersebut mempunyai
risiko yang rendah sesuai dengan tempat tinggalnya yang baru. Data-data
Ini sesuai dengan teori yang menyatakan virus mungkin merupakan
penyebabnya dengan periode laten yang panjang antara paparan awal dengan
awitan (onset penyakit). Mekanisme kerjanya mungkin merupakan reaksi
autoimun yang menyerang mielin.
Penyelidikan
lain mengajukan kemungkinan adanya faktor-faktor genetik sehingga ada
orang-orang yang lebih rentan terhadap serangan berbagai virus yang
bereaksi lambat pada Sistem saraf pusat. Virus lambat ini mempunyai masa
inkubasi yang lama dan mungkin hanya berkembang dalam kaitannya dengan
status imun yang abnormal atau terganggu
Sklerosis
ditandai dengan adanya bercak kerusakan mielin yang tersebar diikuti
dengan gliosis dan substansia alba sistem persarafan. Bercak-bercak
berwarna kekuning-kuningan dan keras yang ditemukan pada otopsi dipakai
sebagai sumber nama penyakit ini. Sifat perjalanan penyakit merupakan
serangkaian serangan pada berbagai bagian sistem saraf pusat. Setiap
serangan memperlihatkan derajat remisi tertentu tetapi secara menyeluruh
gambarannya adalah ke arah yang buruk (Brunner dan Suddarth, 2002).
Secara
klinis, akan terjadi akumulasi progresif seperti masalah
penglihatan,kelemahan pada otot, penurunan daya indra, depresi,
kesulitan koordinasi dan berbicara, rasa sakit dan bahkan kelumpuhan.
Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson dan lebam pada otak dan
sumsum tulang belakang akibat peradangan fase akut dan gliosis yang
terjadi berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma
dalam darah juga mengalami peningkatan.Secara paraklinis, akan terjadi
kerusakan akson dan lebam pada otak dan sumsum tulang belakang akibat
peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi berulangkali pada akson
dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam darah juga mengalami
peningkatan
E. Komplikasi
Komplikasi
yang biasanya sering terjadi pada multiple skelrosis adalah :Disfungsi
pernafasan,Infeksi kandung kemih, infeksi sistem pernafasan,sepsis,
Komplikasi dari imobilitas,dekubitus, Konstipasi, deformitas kontraktur,
edema depemden pada kaki, pneumonia dan depresi reeaktif, masalh-masalh
emosi, social, pernikahan, ekonomi, pendidikan juga dapat menjadi
akibat dari penyakit
F. Diagnosis
Disebabkan
oleh batasan yang lebar dan seluk beluk dari gejala-gejala, multiple
sclerosis mungkin tidak terdiagnosis untuk berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun setelah timbulnya gejala-gejala. Dokter-dokter, terutama
ahli-ahli syaraf, mengambil sejarah-sejarah yang mendetil dan
melaksanakan pemeriksaan-pemeriksaan fisik dan syaraf secara penuh.
•
MRI (magnetic resonance imaging) scans dengan intravenous gadolinium
membantu untuk mengidentifikasi, menggambarkan, dan pada beberapa
kejadian-kejadian menanggali luka-luka didalam otak (plaques).
•
Suatu tes electro-physiological, yang menimbulkan potensial-potensial,
menguji impuls-impuls yang berjalan melalui syaraf-syaraf untuk
menentukan apakah impuls-impuls bergerak secara normal atau terlalu
perlahan.
• Akhirnya,
pengujian cairan cerebro-spinal yang mengelilingi otak dan spinal cord
mungkin mengidentifikasi kimia-kimia (antibodi-antibodi) atau sel-sel
abnormal yang menyarankan kehadiran dari multiple sclerosis.
Secara
bersama-sama, tiga tes-tes ini membantu dokter dalam mengkonfirmasi
diagnosis dari multiple sclerosis. Untuk suatu diagnosis yang pasti dari
multiple sclerosis , penyebaran dalam waktu (paling sedikit dua
kejadian-kejadian simptomatik atau perubahan-perubahan yang terpisah
pada MRI) dan dalam ruangan anatomi (contohnya, didalam sistim syaraf
pusat) harus ditunjukan.
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.
Penatalaksanaan
meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik.Program
pengobatan sesuai dengan individu, kelompok, dan rasional yang menjadi
indikasi untuk mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara
terus¬menerus. Banyak klien multipel skierosis mengalami keadaan stabil
dan hanya memerlukan pengobatan yang lebih sering yang ditujukan pada
pengontrolan gejala sedangkan yang lain mengalami progresi penyakit yang
mantap.
a) Penatalaksanaan Serangan Akut ( Farmakoterapi )
•
Kortikosteroid dan ACTH digunakan sebagai agen anti-inflamasi yang
dapat meningkatkan konduksi saraf, menurunkan inflamasi, kekambuhan
dalam waktu singkat atau eksaserbasi (exacerbation). Karena mekanisme
imun merupakan faktor patogenesis multipel sklerosis, make sejumlah agen
farmakologik dicoba untuk modulasi respons imun dan menurunkan
kecepatan perkembangan penyakit den serangan yang sering den menurunkan
keadaan yang semakin buruk. Obat-obat ini mencakup azatioprin,
sikiofosfamid, dan interferon.
•
Beta interferon (Betaseron) telah disetujui untuk digunakan dalam
perjalanan relapsing-remitting. Beta interferon (Betaseron ) digunakan
untuk mempercepat penurunan gejala. Betaseron telah diketahui efektif
dalam menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi akut
dengan pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang lebih
kecil pada jaringan otak. ini merupakan obat baru yang dapat menjanjikan
untuk pengobatan multipel skierosis meskipun telah ratusan kali dicoba.
•
Modalitas lain (misalnya radiasi, kopolimer 1, dan kladribin) sekarang
masih diteliti sebagai pengobatan yang mungkin untuk bentuk multipel
sklerosis progresif.
•
Baklofen sebagai agen antispasmodik merupakan pengobatan yang dipilih
untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan kontraktur
memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan
lebih lanjut.
• Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit
b) Penatalaksanaan Gejala Kronik
•
Pengobatan spastic dengan bacloferen (Lioresal®), dantrolene
(Dantrium®), diazepam (Valim®), terapi fisik, intervensi pembedahan.
• Kontrol kelelahan dengan namatidin (Simmetrel®).
• Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling.
•
Penatalaksanaankandung kemih dengan antikolinergik dan pemasangan
katetertetap. Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih dan defekasi
pada kebanyakan masalah sulit klien. Umumnya, gejala disfungsi kandung
kemih dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu ketidakmampuan untuk
menyimpan urine (hiperefleksi; tidal tertahan), ketidakmarnpuan
mengosongkan kandung kemih (hiporefleksi, hipotonik), dan campuran kedua
tipe. Berbagai variasi pengobatan digunakan untuk mengatasi masalah
masalah ini. Kateterisasi sendiri yang dilakukan secara sering efektif
digunakan untuk disfungsi kandung kemih. Infeksi saluran kemih sering
terjadi akibat disfungsi neurologis. Asam askorbat dapat diberikan untuk
mengasamkan urine, sehingga menurunkan kemungkinan bakteri untuk
bertumbuh. Antibiotik diberikan bile dibutuhkan,
• Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria.
• Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.
• Kontrol distonia dengan karbamazim (Treganol®).
• Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol®), feniton (Dilantin®), perfenazin dengan amitriptilin (Triavili®)