Penyakit
Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada
semua kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita – wanita sama
rata. Penyakit di karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan
otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit
pada kedua – duanya yaitu bagian – bagian tubuh yang terbuka dan tidak
terbuka.
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon
korteks adrenal (soediman,1996).
Penyakit Addison adalah lesi
kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya auto
imun atau tuberkulosa (baroon, 1994).
Penyakit Addison adalah
terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal
(keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325).
Penyakit
Addison bisa terjadi pada umur berapa pun dan terjadi pada pria maupun
wanita secara berimbang. Pada 70% dari orang dengan penyakit Addison,
penyebab secara persis tidak diketahui, tetapi kelenjar adrenalin yang
dipengaruhi oleh reaksi autoimun pada sistem antibodi menyerang dan
menghancurkan kulit luar adrenal. pada 30% lainnya, kelenjar adrenalin
dihancurkan oleh kanker, infeksi seperti TBC, atau penyakit lain
yangterindidentifikasi. pada bayi dan anak, penyakit Addison mungkin
disebabkan oleh kelainan genetik kelenjar adrenalin.
Kekurangan
adrenal sekunder adalah masa yang diberikan pada penyakit yang
menyerupai penyakit Addison. Pada penyakit ini, kelenjar adrenalin
kurang aktif karena kelenjar di bawah otak tidak merangsang mereka,
bukan karena kelenjar adrenalin sudah hancur atau dengan cara lain
langsung gagal.
Ketika kelenjar adrenalin menjadi kurang aktif,
mereka cenderung memproduksi hormon adrenal dengan jumlah yang tidak
cukup sama sekali. Dengan begitu, penyakit Addison mempengaruhi
keseimbangan air, sodium, dan kalium di badan, serta kemampuan badan
untuk menguasai tekanan darah dan bereaksi terhadap tekanan. Selain itu,
kehilangan androgen, seperti dehydroepiandrosterone (DHEA), mungkin
menyebabkan kehilangan rambut di badan wanita. Pada laki-laki,
testosterone dari testes dibuat lebih untuk kehilangan ini. DHEA mungkin
mempunyai efek tambahan yang tidak berhubungan dengan androgen.
Ketika
kelenjar adrenalin dihancurkan oleh infeksi atau kanker, medulla
adrenal dan sumber epinephrine hilang. Tetapi, kehilangan ini tidak
menyebabkan gejala. Kekurangan aldosterone secara khusus menyebabkan
badan mengeluarkan sodium yang banyak dan mempertahankan kalium,
menyebabkan kadar sodium rendah dan kadar kalium tinggi di darah. Ginjal
tidak dapat menahan air kencing, oleh sebab itu waktu penderita
penyakit Addison minum terlalu banyak air atau kehilangan terlalu banyak
sodium, kadar sodium di darah turun. Ketidakmampuan untuk menahan air
kencing pada akhirnya membuat orang kencing secara berlebihan dan
menjadi dehidrasi. Dehidrasi hebat dan kadar sodium yang rendah
mengurangi volume darah dan bisa menyebabakn shock.
Kekurangan
kortikosteroid menyebabkan sensitivitas yang ekstrim pada insulin
sehingga kadar gula darah dapat turun hingga berbahaya (hypoglycemia).
Kekurangan tersebut mencegah badan memproduksi karbohidrat dari protein,
melawan infeksi dengan semestinya, dan mengontrol radang. Otot menjadi
lemah, dan jantung pun bisa menjadi lemah dan tak dapat memompakan darah
secara memadai. Kemudian, tekanan darah mungkin menjadi rendah yang
berbahaya.
Orang dengan penyakit Addison tidak dapat menghasilkan
kortiksteroid tambahan sewaktu mereka stressn. Mereka oleh karena itu
rentan terhadap gejala dan komplikasi serius kalau dihadapkan dengan
penyakitnya, kepenatan yang berlebih, luka hebat, pembedahan, atau,
mungkin, stress psikologis yang hebat.
Pada penyakit Addison,
kelenjar di bawah otak menghasilkan lebih banyak corticotropin di dalam
usaha untuk merangsang kelenjar adrenalin. Corticotropin juga merangsang
produksi melanin, oleh sebab itu kulit dan garis sepanjang mulut sering
terbentuk pigmentasi yang gelap.
Baca Artikel lainya Tentang Myasthenia Gravis Klik Disini
2. Etiologi
• Tuberculosis
• Histo plasmosis
• Koksidiodomikosisd
• Kriptokokissie
• Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
• Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
• Adrenalitis auto imun
- Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan hipoglikemi.
- Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih
- Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari, biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku
- Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan
- Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang)
- Abnormalitas fungsi gastrointestinal
4. Patofisiologi
Antigen
adrenal spesifik yang autoantibodinya meliputi21-hidroksilase (CYP21A2)
dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas serangkaian
proses yang menyebabkaninsufisiensi meskipun tidak diketahui apakah
antibody ini secarasignifikan dapat menyebabkan insufisiensi kelenjar
adrenal.Beberapa antibody menyebabkan insufisiensi adrenal denganmemblok
proses pengikatan ACTH dengan reseptornya.
5. Komplikasi
- Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
- Kolaps sirkulasi
- Dehidrasi
- Hiperkalemiae
- Sepsis
- Ca. Paru
- Diabetes mellitus
6. Penatalaksanaan
a. Medik
- Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr.
- Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
- Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
- Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
- Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
b. Keperawatan
- Pengukuran TTV
- Memberikan rasa nyaman dengan mengatur / menyediakan waktu istirahat pasien
- Meniempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
- Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
- Fallow up : mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal disertai regresi gambaran klinis
- Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya krisis Addison.
7. Diagnosa
Karena
gejala mungkin mulainya dengan lambat dan tak kentara, dan karena tak
ada satu tes laboratorium yang memberi hasil pasti pada stadium awal,
dokter sering tidak mencurigai penyakit Addison pada awalnya.
Kadang-kadang stress besar membuat gejala lebih nyata dan menimbulkan
krisis.
Pemeriksaan darah mungkin memperlihatkan kadar sodium
rendah dan kalium tinggi dan biasanya menunjukkan bahwa ginjal tidak
berfungsi dengan baik. Dokter yang mencurigai penyakit Addisonmengukur
kadar cortisol, yang mungkin rendah, dan kadar corticotropin, yang
mungkin tinggi. Tetapi, dokter mungkin perlu menegaskan diagnosanya
dengan mengukur kadar cortisol terlebih dahulu setelah pemberian satu
injeksi corticotropin. Jika kadar cortisol rendah, tes lebih jauh
diperlukan untuk memutuskan jika masalah adalah penyakit Addison atau
kekurangan adrenal sekunder.
8. Pengobatan
Tanpa
memperhatikan penyebabnya, penyakit Addison bisa mengancam hidup dan
harus diobati dengan kortikosteroid dan cairan infuse ke dalam pembuluh
darah. Biasanya, pengobatan bisa dimulai dengan hydrocortisone atau
prednisone (kortikosteroid buatan) dengan pemberian oral. Tetapi, orang
yang sakitnya parah perlu diberi cortisol dengan infus atau
intramuskuler pada awalnya dan lalu tablet hydrocortisone. Karena tubuh
biasanya menghasilkan cortisol paling banyak di pagi hari, pemberian
hydrocortisone juga sebaiknya diberikan dalam dosis terbagi, dengan
dosis yang paling besar di pagi hari. Hydrocortisone harus diminum
setiap hari sepanjang hidup penderita. Dosis hydrocortisone yang lebih
besar diperlukan kalau tubuh stress, khususnya sakit, dan mungkin perlu
untuk diberikan melalui injeksi jika orang mengalami diare hebat atau
muntah.
Kebanyakan orang juga perlu untuk minum tablet
fludrocortisone setiap hari untuk membantu tubuh mengeluarkan secara
normal sodium dan kalium. Testosterone tambahan biasanya tidak
diperlukan, walaupun ada beberapa bukti bahwa penggantian dengan DHEA
memperbaiki kualitas kehidupan. Walaupun pengobatan harus dilakukan
seumur hidup, prognosisnya baik.
Pada orang yang menerima dosis
besar corticosteroids, seperti prednisone, fungsi kelenjar adrenalin
bisa tertekan. Tekanan ini terjadi karena dosis besar corticosteroids
mencegah hypothalamus dan kelenjar di bawah otak yang menghasilkan
hormon biasanya merangsang fungsi adrenal. Jika orang dengan tiba-tiba
berhenti minum kortikosteroid, badan tidak bisa memulihkan fungsi
adrenal dengan cukup cepat, dan sementara membuat kekurangan adrenal
(kondisi mirip penyakit Addison. Juga, kalau stress terjadi, tubuh
tidak dapat merangsang produksi kortikosteroid tambahan yang diperlukan.
Oleh karena itu, dokter tidak pernah menghentikan penggunaan
kortikosteroid secara tiba-tiba jika orang sudah minum obat lebih dari 2
atau 3 minggu.
Sebaliknya, dokter secara perlahan mengurangi
(memperkecil) dosis dalam beberapa minggu dan kadang-kadang beberapa
bulan. Juga, dosis mungkin perlu ditambahkan pada penderita yang menjadi
sakit atau karena hala lain mengalami stess yang parah sewaktu minum
kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid mungkin perlu dilanjutkan pada
orang yang menjadi sakit atau mengalami stress yang parah dalam
beberapa minggu sewaktu dosis kortikosteroid yang diperkecil atau
dihentikan.
0 comments:
Post a Comment