RSS
Facebook
Twitter

Friday, 10 October 2014

Persalinan Sectio Caesarea (SC)



A.     DEFINISI
Sectio Sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding rahim. Tujuan dasar pelahiran adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan anak. Atau SC adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.


B.      INDIKASI
Sectio Sesarea efektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan bahwa kelahiran pervaginam tidak cocok atau tidak aman. Pelahiran dengan Sectio Sesarea dilakukan atas indikasi umum:
1.      Faktor ibu:
·         Plasenta Previa
·         Riwayat obstetric yang jelek
·         Disproporsi sefalopelvik
·         Herpesvirus tipe II (genetalia)
·         Mencangkup panggul yang sempit
·         Riwayat Sectio Sesarea klasik
·         Diabetes (kadang-kadang)
2.       Faktor Janin:
·         Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi
·         fetus yang tumbuhnya terlampau terlalu besar/ adanya ketidakseimbangan  relative antara ukuran bayi dan ukuran fetus
·         Presentasi bokong (kadang-kadang) (mal presentasi) dan malnutrisi
·         Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti Eritroblastosis atau retardasi pertumbuhan yang nyata
·         Sectio Sesarea emergensi dilakukan untuk :
·         Induksi persalinan yang gagal
·         Kegagalan dalam kemajuan persalinan, dalam kelompok ini termasuk keadaan disproporsi, neoplasma, kontraksi uterus yang tidak efektif, pelvis yang jelek, bayi yang besar dan refleksi kepala bayi.
·         Penyakit fetal atau maternal
·         Diabetes atau pre-eklamsia berat
·         Persalinan macet
·         Prolapsus tuniklili
·         Perdarahan hebat dalam persalinan
·         Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan

C.      C.      TIPE-TIPE SECTIO SESAREA
1.      Sectio Sesarea Transperitonealis Profunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Tipe ini yang paling banyak dilakukan. Segmen bawah uterus tidak begitu banyak mengandung pembuluh darah dibanding segmen atas sehingga resiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak diluar kavum peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak begitu besar. Di samping itu resiko rupture uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih kecil jika jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif.
Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :
·       Segmen bawah rahim lebih tenang
·       Kesembuhan lebih baik
·       Tidak banyak menimbulkan perlekatan
Kerugiannya :
·       Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
·       Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan
  1. Sectio sesarea klasik (korporal) menurut Sanger
Insisi dibuat pada korpus uteri. Dilakukan kala segmen bawah tidak terjangkau karena melekat eratnya dinding uterus pada perut karena section sesarea yang sudah-sudah, insisi disegmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan banyak berhubung dengan letaknya plasenta pada plasenta previa, atau apabila dikandung maksud untuk melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.
Keuntungan :
·       Mudah dilakukan karena lapangan operasi relative luas
Kerugian :
·       Kesembuhan luka operasi relative sulit
·       Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar
·       Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar
  1. Sectio sesarea ekstraperitoneal
Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, sekarang tidak banyak dilakukan karena sulit dalam tehniknya dan seringkali terjadi sobekan peritoneam.
  1. Sectio sesarea histerektomi menurut Porro
Operasi SC Histerektomi dilakukan secara Histerektomi supra vaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi :
·       SC disertai infeksi berat
·       SC dengan Antonio uteri dan perdarahan
·       SC disertai uterus coovelaire (solusio plasenta)

D.     KOMPLIKASI
  1. Pada Ibu
a.       Infeksi Puerperal
Bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperative terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala infeksi intrapartum atau ada factor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
b.      Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c.       Komplikasi-komplikasi lain seperti luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru, rupture uteri dan sebagainya sangat jarang terjadi
d.      Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri. Kemungkinan ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Sesarea klasik.
  1. Pada Anak
Nasib anak yang dilahirkan dengan sectio sesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan section sesarea . Menurut statistic di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca SC berkisar antara 4 dan 7 %.


E.      PENATALAKSANAAN
  1. Perawatan selama kelahiran sesarea (pre Op)
a.       Persiapan fisik praoperatif dilakukan dengan mencukur rambut pubis, memasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih, dan memberi obat preoperative sesuai resep. Antasida seringkali diberikan untuk mencegah aspirasi akibat secresi asam lambung kedalam paru-paru pasien.
b.      Cairan intravena mulai diberikan untuk mempertahankan hidrasi dan menyediakan suatu saluran terbuka (openline) untuk pemberian darah / obat yang diperlukan.
c.       Sample darah dan urin diambil dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
d.      Selama preoperative orang terdekat didorong untuk terus bersama wanita tersebut selama mungkin untuk memberikan dukungan emosional secara berkelanjutan.
e.       Perawat memberikan informasi esensial tentang prosedur, mengkaji persepsi wanita dan pasangan atau suaminya tentang kelahiran sesarea. Ketika wanita mengungkapkan , perawat dapat mengidentifikasi gangguan potensial konsep diri selama periode pasca partum.
f.       Jika ada waktu sebelum melahirkan, perawat dapat mengajari wanita tersebut tentang harapan pasca operasi, cara merdakan nyeri, mengubah posisi, batuk dan napas dalam.
g.      Perawat dikamar bedah bisa membantu mengatur posisi wanita tersebut diatas meja operasi,. Adalah penting untuk mengatur posisi wanita tersebut sehingga uterus berada pada posisi lateral untuk menghindari penekanan pada vena cava inferior yang dapat menurunkan perfusi plasenta.
h.      Perawatan bayi didelegasi kepada dokter anak dan perawat yang melakukan resusitasi neonatus karena bayi ini dianggap beresiko sampai ada bukti kondisi fisiologis bayi stabil setelah lahir.

  1. Perawatan pasca partum (post Op)
a.       Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca melahirkan dan derajat nyeri.
b.      Kepatenan jalan napas dipertahankan dan posisi wanita tersebut diatur untuk mencegah kemungkinan aspirasi.
c.       Tanda-tanda vital diukur setiap 15 menit selama 1-2 jam sampai wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus dan jumlah lokea, dikaji demikian pula masukan dan haluaran.
d.      Perawat membantu wanita tersebut untuk mengubah posisi dan melakukan napas dalam serta melatih gerakan kaki. Obat-obatan untuk mengatasi nyeri dapat diberikan
e.       Masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat didominasi oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri.
f.       Tindakan lain untuk mengupayakan kenyamanan, seperti mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi kompres panas pada abdomen dan tehnik relaksasi.
g.      Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas dan minuman berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan gas.
h.      Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum, perawatan payudara dan perawatan higienis rutin termasuk mandi siram setelah balutan luka diangkat.
i.        Setiap kali berdinas perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundus uterus, dan lokia. Bunyi napas, bising usus, tanda homans, eliminasi urine serta defekasi juga dikaji.
j.        Pasangan atau suami dapat dilibatkan dalam sesi pengajaran dan penjelasan tentang pemulihan pasangannnya. Beberapa orangtua akan marah,frustasi atau kecewa karena wanita tidak dapat melahirkan pervaginam. Beberapa wanita mengungkapkan perasaan seperti harga diri rendah atau citra diri yang negative. Akan sangat berguna bila ada perawat yang hadir selama wanita melahirkan, mengunjungi dan membantu mengisi “kesenjangan” tentang pengalaman tersebut.
k.      Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan aktifitas, perawatan payudara, aktifitas seksual dan kontrasepsi, medikasi, dan tanda-tanda komplikasi serta perawatan bayi.

F.       TANDA-TANDA KOMPLIKASI PASCA OPERASI SETELAH PEMULANGAN
Laporkan tanda-tanda berikut kepada petugas perawatan kesehatan :
a.       Demam lebih dari 38 ºC, AL > 20,0 103/ul
b.      Nyeri saat buang air kecil
c.       Lochea lebih banyak daripada periode menstruasi normal
d.      Luka terbuka
e.       Kemerahan dan berdarah pada tempat insisi
f.       Nyeri abdomen yang parah

G.     PENATALAKSANAAN PASCA TINDAKAN (MEDIS)
a.       Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah
b.      Jika masih terdapat perdarahan :
ü  Lakukan massage uterus
ü  Beri oksitosin 10 unit
ü  Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ML cairan IV (garam fisiologik/ringer laktat) 60 tetes permenit, ergometsin 0,2 mg IM dan prostaglandin
c.       Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotic kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam :
ü  Ampisilin 2g IV setiap 6 jam
ü  Ditambah gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam
ü  Ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam
d.      Beri analgesic jika perlu.

H.     PARTUS TAK MAJU
Adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik, turunya kepala dan putar paksi selama dua jam terakhir. Jika dibiarkan akan beresiko afeksia, sepsis hingga kematian pada janin. Sedangkan pada ibu beresiko sepsis, ruptura uteri, perdarahan, fistula, dan kematian
Faktor penyebab partus tak maju antara lain:
ü  Kelainan panggul sempit
ü  Pimpinan partus yang salah
ü  Perut gantung atau grandemulti
ü  Tumor jaringan lunak pada pelvic


I.        DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.    Nyeri akut b.d agen injury fisik (insisi pembedahan)
2.    Resiko infeksi b.d prosedur infasif, insisi post pembedahan
3.    Gangguan konsep diri (harga diri) b.d ketidak mampuan melahirkan pervaginam
4.    Ketakutan b.d deficit pengetahuan tentang program praoperasi dan pasca operasi yang asing
5.    Deficit perawatan diri (mandi) b.d nyeri, kelemahan
6.    Gangguan pola tidur b.d stimulant berlebih (nyeri), suhu atau kelembaban yang berubah-ubah






DAFTAR PUSTAKA

 Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, ECG : Jakarta

Judith, M.W. (2006), Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria hasil NOC, alih bahasa Widyawati (et al), ed 7, EGC, Jakarta.

Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono, ECG : Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus. Jakarta.

Mochtar, R. (1998), Sinopsis Obstetri; Obstetri fisiologi; Obstetric Patologis, edisi 2, EGC, Jakarta

NANDA, Nursing Diagnosis: Definition And Klasification 2005-2006. NANDA Internasional Philadelphia, 2005.

Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta


0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *