RSS
Facebook
Twitter

Thursday 29 December 2011

Pemeriksaan Fisik

PEMERIKSAAN PERKUSI

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan

Cara pemeriksaan

1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka

2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.

3. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.

4. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.

5. Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :

a. Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.

b. Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :

Ø Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh.

Ø Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/ mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri.

Ø Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek.

Ø Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.

Ø Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.

6. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.

a. Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti drum (lambung).

b. Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema (paru normal).

c. Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan (empisema paru).

d. Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).

e. Bunyi kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar (otot).

D. PEMERIKSAAN AUSKULTASI

Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.

Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :

1. Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.

2. Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.

3. Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara

4. Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.

Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/ plastik dan telinga. Selang karet/ plastik stetoskop harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien.

Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu :

Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.

2. Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru

Cara pemeriksaan

1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka

2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman

3. Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan telinga

4. Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah, ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga

5. Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa

6. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis

7. Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru

8. informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.

4. POSISI PEMERIKSAAN

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal , maka posisi pemeriksaan sangat menentukan . beberapa posisi yang umum dilakukan yaitu :

a. Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada, jantung, paru, mamae, ektremitas atas.

b. Posisi supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan kepala disangga bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru, mamae, jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer

c. Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan kaki menyentuh tempat tidur

d. Posisi sims ( tidur miring) , untuk pemeriksaan rectal dan vagina

e. Posisi Prone (telungkup ), untuk evaluasi sendi pinggul dan punggung

f. Posisi lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam keadaan fleksi. Untuk pemeriksaan rectal dan vagina

g. Posisi knee chest ( menungging ), untuk pemeriksaan rectal

h. Posisi berdiri yaitu untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.

BAB III . PEMERIKSAAN TANDA VITAL TUBUH

Topik :

1. tanda vital tubuh

2. pemeriksaan tanda vital : suhu, tekanan darah, frekwensi denyut nadi, frekwensi pernapasan, berat badan, tinggi badan dan elastisitas kulit

1. TANDA VITAL TUBUH

Tanda vital merupakan tanda yang sangat penting dalam perawatan pasien. karena mempunyai nilai akurasi yang sangat tinggi. Perubahan dari tanda vital tersebut berarti menandakan terjadi gangguan fungsi dari tubuh atau perubahan dari kondisi pasien, hal ini perlu mendapat perhatian dengan seksama dan perlu penanganan segera. Tiap individu mempunyai variasi tanda vital yang berbeda, seperti adanya perubahan cuaca, umur, keadaan emosional, olahraga, makan, dsb.

2. PEMERIKSAAN TANDA VITAL

Beberapa pemeriksaan Tanda vital yang sering digunakan dan relatif lebih mudah dikerjakan, seperti pemeriksaan

A. SUHU TUBUH

Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari :

a. Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate )

b. Olahraga

c. Shivering atau kontraksi otot skelet

d. Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )

e. Proses penyakit infeksi

f. Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatetik )

Sedangkan hilangnya panas tubuh terjadi melalui beberapa proses yaitu :

1. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak langsung, misalnya orang berdiri didepan lemari es yang terbuka

2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak langsung, misalnya kontak langsung dengan es

3. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara, misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat

4. Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan, misalnya pernapasan dan perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan pengeluaran panas tubuh

Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya proses pengaturan suhu melalui negatif feedback sistim ( mekanisme umpan balik ). Organ pengatur suhu yang utama adalah hipotalamus. Untuk regulasi panas tubuh diperlukan konsentrasi sodium dan kalsium yang cukup, terutama didalam dan disekitar Hipotalamus posterior. Variasi suhu orang yang sehat berkisar 0.7 derajat Celcius dari normal ( 1.4 F ).

Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu antara lain :

1. Umur :

Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya, maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan cepat. Anak- anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa.

UMUR


SUHU ( Celcius )



SUHU (Fahrenheit )

Bayi baru lahir


36,1 – 37,7


97 – 100

2 tahun


37,2


98,9

12 tahun


37


98,6

Dewasa


36


96,8

2. Aktifitas tubuh

Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada pagi hari jam 04.00 – 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari sekitar jam 16.00 – 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1.1 – 1.6 C ( 2 – 3 F ).

3. Jenis Kelamin

wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak. Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3 – 0.5 C (0.5 – 1 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate

4. Perubahan emosi

Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.

5. Perubahan Cuaca

Perubahan cuaca , Iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi, konveksi, konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh

6. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen

Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok , sedangkan tempertur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.

ALAT PENGUKUR SUHU TUBUH

Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius ( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik , banyak dipakai pada kondisi kegawatan.

PENGUKURAN SUHU TUBUH

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut (oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ) . Masing- masing tempat mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7 F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada oral . Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.

Pemeriksaan Suhu Aksila dengan Termometer Air Raksa

Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat. Penggunaan sering dilakukan pada :

1. Anak

2. Pasien dengan radang mulut

3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas

Persiapan pemeriksaan suhu :

1). persiapan peralatan

1. Cucilah tangan

2. Siapkan soft tissue atau lap bersih

3. Siapkan buku pencatat suhu dan alat tulis

4. Sebuah handuk bersih untuk membersihkan keringat pasien

2). Persiapan pasien

1. Jagalah privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup.

2. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila

3. Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.

3). Cara pemeriksaan

1. Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul.

2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih

3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius

4. Bukalah lengan pasien.

5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue

6. tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut.

7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.

8. Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak rotasi.

9. Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa.

10. Turunkan tingkat air raksa < 35,50C.

11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.

12. Cuci tangan.

0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *