RSS
Facebook
Twitter

Saturday, 14 January 2012

Ranititis alergi

DEFINISI

¢Rhinitis alergi adalah inflamasi membran mukosa hidung disebabkan oleh paparan terhadap alergen yang terhirup. Alergen ini mengawali respon imunologi spesifik, dengan perantara IgE



EPIDEMIOLOGI

¢Rinitis alergi adalah salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada manusia.

¢Diperkirakan sekitar 20% – 30% populasi orang dewasa Amerika dan lebih dari 40% anak-anak menderita penyakit ini.

¢Rinitis alergi sering diasosiasikan dengan asma, rinosinusitis, infeksi telinga media, radang polip,infeksi saluran nafas, dan maloklusi ortodontik.

ETIOLOGI

¢Genetik

Riwayat keluarga yang menderita rinitis alergi, dermatitis atopik, dan asma dapat memicu rinitis alergi pada anak.

¢Paparan alergen

Paparan alergen dapat memicu timbulnya rinitis alergi. Sementara bukti terbaru menunjukkan bahwa pemaparan anak terhadap bakteri-bakteri yang tidak berbahaya sejak tahun pertama mereka dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit alergi

Alergen yang dapat menimbulkan rinitis alergi musiman adalah serbuk sari tumbuhan yang melakukan penyerbukan dengan bantuan angin. Spora kapang, debu, bulu hewan juga dapat bertindak sebagai alergen.

¢Faktor lainnya yaitu meningkatnya kadar IgE serum (>100 IU/ml) sebelum usia 6 tahun, eksim, dan paparan terhadap asap rokok.

PATOFISIOLOGI

¢Reaksi awal

Alergen masuk ke hidung melalui proses inhalasi, diproses di limfosit, menghasilkan IgE. Terjadi sensitisasi pada orang yang rentan terhadap alergen tersebut.

¢Reaksi segera

Terjadi dalam hitungan menit, menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin, leukotrien, prostaglandin, triptase, kinin



image

MANIFESTASI KLINIK

¢Rinorea, bersin, kongesti hidung, keluarnya ingus (postnasal drip), konjungtivitis alergik, ruam mata, telinga, atau hidung

¢Bila tidak ditangani dapat menyebabkan lemas, lelah, dan memburuknya efisiensi kerja

¢Rhinitis alegik merupakan faktor risiko asma ; 78% penderita asma memiliki gejala nasal, 38 % pasien rhinitis alergik menderita asma

¢Sinusitis berulang dan kronik serta epistaksis (pendarahan hidung yang hebat) adalah komplikasi dari rhinitis alergik

TUJUAN TERAPI

¢Meminimalisasi/mencegah gejala dengan efek samping seminimal mungkin dan biaya pengobatan rasional

¢Pasien dapat mempertahankan pola hidup normal

TERAPI FARMAKOLOGI

1.Antihistamin

Antagonis reseptor histamin H1,,berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasinya. Lebih efektif dalam mencegah respons histamin.

Antihistamin oral dapat dibagi 2 : nonselektif (antihistamin sedasi), dan selektif perifer (nonsedasi). Efek sedasi bergantung pada kemampuan untuk melewati sawar otak.

¢Antihistamin mengantagonis permeabilitas kapiler, pembentukan rasa panas dan gatal.

¢Mengantuk adalah efek samping yang paling sering terjadi

¢Terjadi efek pengeringan (efek antikolinergik) yang berperan dalam efikasi.

¢Efek samping yang mungkin terjadi : mulut kering, kesulitan dalam mengeluarkan urin, konstipasi, efek kardiovaskular.

¢Antihistamin harus diberikan secara hati-hati pada pasien yang memiliki kecenderungan retensi urin, peningkatan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, penyakit kardiovaskular

¢Dapat juga terjadi efek samping pada sistem cerna : hilang nafsu makan, mual, muntah, gangguan ulu hati. Dapat dicegah dengan mengkonsumsi obat bersama makanan atau segelas air.

¢Lebih efektif bila dimakan 1-2 jam sebelum paparan alergen

Contoh obat :

a.Klorfeniramin maleat

Indikasi : rinitis, urtikaria, hay fever

Kontraindikasi : hipersensitivitas

Efek samping obat (ESO) : Mulut kering, mengantuk, pandangan kabur

Perhatian : Penderita yang menggunakan obat ini sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor, tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui

Dosis : dewasa 4 mg tiap 6 jam, anak 6-12 th 2 mg tiap 6 jam, 2-5 th 1 mg tiap 6 jam

b. Difenhidramin HCl

Indikasi : antialergi

Kontraindikasi : hipersensitivitas

ESO: mengantuk

Dosis ; dewasa 25-50 mg tiap 8 jam, anak 5mg/kg/hari (sampai 25 mg/dosis)

c. Siproheptadin HCl

Indikasi : rinitis alergi

Kontraindikasi : hipersensitivitas, glaukoma sudut sempit, bayi baru lahir/prematur, penyakit saluran nafas bagian bawah, terapi MAO inhibitor, tukak lambung, gejala hipertrofi prostat, obstruksi leher kandung kemih, pasien lemah atau pasien lansia

Efek samping : mual, pusing, muntah, mengantuk, nervous, tremor, gelisah, kering pada hidung dan tenggorokan, histeria penglihatan kabur, gangguan koordinasi, konvulsi

Perhatian : penderita yang menjalankan alat berat/kendaraan bermotor, wanita hamil dan menyusui, penderita dengan riwayat asma bronkial

Dosis : dewasa max 0,5 kg/BB/hari. Daerah dosis untuk terapi 4-20 mg sehari; disarankan pemberian dimulai dengan dosis 1 tablet 3 x sehari, disesuaikan dengan dosis pasien

2. Dekongestan

Merupakan zat simpatomimetik yang bekerja pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung, menyebabkan vasokontriksi, menciutkan pembengkakan mukosa, dan memperbaiki jalannya udara.

¢Dapat dipakai secara topikal ataupun sistemik

¢Penggunaan lama sediaan topikal (lebih dari 3-5 hari) dapat menyebabkan rhinitis medicamentosa (vasodilatasi balikan yang terkait dengan kongesti)

¢Efek samping lain : rasa terbakar, bersin, kekeringan mukosa nasal

¢Gunakan saat betul-betul perlu dan durasi terapi harus dibatasi, maksimal 5 hari.

¢Pseudoefedrin memiliki onset kerja lebih lambat daripada obat topikal, tapi bekerja lebih lokal dan efek iritasi minimal. Tidak terjadi rinitis medicamentosa.

¢Dosis sampai 180 mg tidak menyebabkan perubahan tekanan darah dan laju jantung yang terukur. Dosis 210-240 mg dapat menyebabkan efek ini.

¢Reaksi hipertensif parah dapat terjadi bila pseudoefedrin diberikan bersama MAO inhibitor

Dosis pseudoefedrin: dewasa 60 mg, anak umur 6-12 th 30 mg, anak umur 2-5 th 15 mg, diberikan tiap 4-6 jam

Pseudoefedrin sustained release : 120 mg tiap 12 jam, hanya untuk dewasa

3. Kortikosteroid nasal

Meredakan bersin, rinorea, ruam, kongesti nasal secara efektif dengan efek samping minimal

Mekanisme kerja : mereduksi inflamasi dengan menghambat mediator, penekanan kemotaksis neutrofil, menyebabkan vasokontriksi, menghambat reaksi lambat yang dipengaruhi sel mast

¢Tingkat keefektifan lebih efektif daripada antihistamin, terutama bila digunaka secara tepat.

¢Efek samping : bersin, perih, sakit kepala, epistaksis, infeksi jarang oleh Candida albicans.

¢Respon puncak terjadi dalam 2-3 minggu.

¢Hambatan pada hidung harus dihilangkan dengan dekongestan sebelum pemberian glukokortikoid untuk memastikan penetrasi obat yang memadai

¢Contoh obat:

a. Beklometason dipropionat

Indikasi: Pencegahan dan pengobatan rinitis perennial dan rinitis vasomotor

Kontraindikasi : hipersensitif

ESO: penekanan fungsi adrenal dilaporkan terjadi pada orang dewasa yang menerima dosis >1500 mg/hari, pada beberapa pasien terjadi kandidiasis mulut dan tenggorokan, serak, batuk luka pada tenggorokan

Dosis : >12 th 1 inhalasi (42 mcg) per lubang hidung 2-4 kali sehari (max: 336 mcg/hari)

6-12 th : 1 semprotan 3 kali sehari

b. Triamsinolon Asetonida

Indikasi : Pengobatan simptomatik alergi rinitis seasonal dan perenial untuk dewasa dan anak

Kontraindikasi : tidak boleh diberikan pada infeksi jamur sistemik dan infeksi yang tidak dapat diobati dengan antibiotik

ESO: meningkatkan batuk, epistaksis, faringitis, sakit kepala

Dosis : > 12 th 2 semprot (110 mcg) per nostril sekali sehari, max 440 mcg/hari

4. Kromolyn natrium

Mencegah degranulasi sel mast yang dipacu oleh antigen dan pelepasan mediator.

Efek samping : iritasi lokal

Berupa obat semprot

Dosis pakai (umur > 2 tahun) : 1 semprotan tiap nostril

5. Ipratropium bromida

Merupakan zat antikolinergik yang berguna dalam rhinitis alergi menetap.

Bersifat antisekretori ketika diberikan secara lokal dan meredakan gejala rinorea yang berkaitan dengan alergi dan bentuk lain rinitis kronis.

Larutan 0,03% diberikan dua semprotan 2-3 kali sehari

Efek samping : sakit kepala, epistaksis, hidung kering

6. Montelukast

Antagonis reseptor leukotrien untuk mengatasi rhinitis alergi musiman

Efektif baik dalam bentuk tunggal maupun bila dikombinasikan dengan antihistamin. Tidak lebih efektif bila dibandingkan dengan anthistamin selektif perifer.

Dosis untuk umur >15 tahun : 1 tablet 10 mg/hari. Anak-anak usia 6-14 th : 1 tablet kunyah 5 mg/hari, anak-anak usia 2-5 th : 1 tablet kunyah 4 mg atau 1 bungkus serbuk/hari.

SUMBER DAN REFERENSI

DiPiro, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (5th ed)

ISFI. 2008. ISO Farmakoterapi
Share this:

Facebook
Twitter
Email
Print

Like this:
Like
Be the first to like this post.

0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *