RSS
Facebook
Twitter

Sunday 29 July 2012

STRUKTUR KELUARGA

A. Pengertian Menurut Friedman (1998) yang dikutip dalam Murwani (2007) struktur keluarga terdiri atas : pola komunikasi keluarga, struktur peran, struktur kekuatan, dan nilai-nilai keluarga. Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga. 

B. Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur: 
1. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi) 
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi 
3. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity) 
4. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan 
5. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes) 
6. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar) 
7. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman) 
8. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional) 

C. Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas: 
1. Pola dan Proses Komunikasi Pola komunikasi keluarga, yang pertama yaitu pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berfikiran positif dan tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri, yang kedua adalah karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : karakteristik pengirim (yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik), karakteristik penerima (siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan validasi). Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever. 
 Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah: 
1) Karakteristik sender yang berfungsi  Yakin ketika menyampaikan pendapat  Jelas dan berkualitas  Meminta feedback  Menerima feedback 
2) Receiver yang tidak berfungsi  Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)  Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)  Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel…”, ”kamu harus…”  Tidak mampu mengemukakan kebutuhan  Komunikasi yang tidak sesuai 
 3) Karakteristik receiver yang berfungsi  Mendengar  Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)  Memvalidasi 
 4) Receiver yang tidak berfungsi  Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar  Diskualifikasi, contoh : ”iya dech…..tapi….”  Offensive (menyerang bersifat negatif)  Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)  Kurang memvalidas 
 5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi  Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira  Komunikasi terbuka dan jujur  Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga  Konflik keluarga dan penyelesaiannya 
 6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi  Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)  Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi  Kurang empati  Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri  Tidak mampu memfokuskan pada satu isu  Komunikasi tertutup  Bersifat negatif  Mengembangkan gossip. 

 2. Struktur peran Dalam hal ini peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan peran formal adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Sedangkan peran informal misalnya anak membantu tugas ibu di rumah, suami merangkap tugasnya sebagai ibu rumah tangga karena dia seorang single parent, dan sebagainya. 
 3. Struktur kekuatan Dalam hal ini kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. Menurut MC Donald (1980) dikutip oleh Friedman (1988), kekuasaan didefinisikan dengan kemampuan, baik kemampuan potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol mempengaruhi dan merubah tingkah laku seseorang. 
Dasar-dasar kekuasan keluarga 
 1. Legitimate power (Kekuasaan / wewenang yang sah) Kekuasaan yang sah kadang disebut juga wewenang primer dimana satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota keluarga lain, Hal ini merupakan wewenag yang berdasar atas tradisi disini suami sebagai kepala keluarga mengontrol seluruh anggota keluarga. Jika kekuasaan sah ada, maka baik suami maupun istri sama-sama menerima peran dominant, artimya sama-sanma menunjukkan penerimaan terhadap peran (Friedman, 1988) Legitimate power adalah Pemimpin memperoleh hak dari pemegang kekuatan untuk memerlukan dan menuntut ketaatan. Seseorang yang telah memiliki legitimate power, akan menuntut bawahan atau pengikutnya untuk selalu taat pada peraturannya. Karena legitimate power memiliki definisi lain, yaitu kekuatan yang bersumber dari otoritas yang dapat dipertimbangkan hak untuk memerlukan dan pemenuhan perintah. Contoh daro Legitimate Power adalah : seorang polisi memberhentikan sebuah mobil yang melanggar aturan lalu lintas, kontrol dominasi orang tua terhadap anak-anak. 
2. Referent power (Kekuasaan referen) Kekuasaan referen mempunyai arti semacam kekuasaan yang dimulai oleh orang-orang tertentu terhadap orang lain, karena identitas positif terhadap seperti identifikasi positif dari seorang anak terhadap orang tua, serta biasanya orang tua merupakan orang yang menjadi model peran (Friedman, 1988) 3. Reward power (Kekuasaan penghargaan) Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang (Friedman, 1988) Reward power adalah suatu sikap yang patuh /tunduk yang dicapai berdasarkan kepatuhan atau kemampuan untuk memberikan reward (imbalan) agar dipandang orang lain berharga, Seseorang akan patuh terhadap orang lain, jika dijanjikan akan diberikan sebuah imbalan yang sesuai dengan prestasinya. Selain itu reward power juda bisa diartikan kemampuan dalam mengontrol distribusi dalam pemberian reward atau menawarkan pada grup lainnya. Contoh dari Reward Power adalah bisa dalam bentuk : saat seorang anak berhasil mendapat juara kelas sesuai permintaan orang tuanya, ia dibelikan mainan yang sudah dijanjikan oleh orang tuanya .
 4. Coercive power (Kekuasaan dominasi atau paksaan yang mampu untuk menghukum bila tidak taat) Adalah kemampuan untuk menghukum atau memperlakukan seseorang yang tidak melakukan permintaan atau perintah. Diperoleh dari salah satu kapasitas untuk membagikan punishment pada mereka yang tidak mematuhi permintaan atau perintah. Kekuasaan ini juga bisa dibilang kekuasaan karena rasa takut oleh seseorang yang memiliki kuasa dalam suatu hal. Karena hal itulah orang-orang yang menjadi bawahan atau pengikutnya, menjadi tunduk dan mau untuk melakukan perintah yang diberikan oleh orang yg berkuasa itu. Karena jika mereka tidak mengikuti apa yang diperintahkan, maka bawahan/pengikutnya tersebut akan mendapatkan sebuah hukuman. Contoh dari Coercive power adalah : misalnya, seorang guru, karena muridnya tidak mengerjakan PR, guru tersebut menghukum muridnya dengan menambahkan tugas yang banyak untuk muridnya. Penggunaan yang efektif dari sumber-sumber kekuasaan ini berdasarkan persepsi dan kepercayaan bahwa orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan menghukum dengan ancaman, paksaan atau kekerasan yang bersifat memaksa digunakan dengan pengambilan keputusan paksa pula (Friedman, 1988) 
 5. Affective power (Kekuasaan afektif) Pengaruh yang diberikanmelalui manipulasi dengan cinta kasihmelalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan sexual)misalnya hubungan 4. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Strurktur Keluarga Berdasarkan Jalur Hubungan Darah a. Patrilineal: keluarga yang disusun melalui garis keturunan ayah b. Matrilineal: keluarga yang disusun melalui garis keturunan ibu Struktur Keluarga Berdasarkan Dominasi Keberadaan Tempat Tinggal a. Patrilokal: tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami b. Matrilokal: tingal dengan keluarga sedarah dari pihk istri Struktur Keluarga Berdasarkan Dominasi Pengambilan Keputusan a. Patriakal: dominasi pengambilan keputusan pada pihak suami b. Matriakal: dominasi pengambilan keputusan pada pihak istri c. Equalitarian: pengambilan kepeutusan pada pihak suami dan istri 
D. Ciri-ciri struktur keluarga 1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga 2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing 3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. Sumber: Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *