A. Pengertian
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh periset. Metode pengumpulan data ini sangat ditentukan oleh metodologi riset, apakah kuantitatif atau kualitatif.
Dalam riset kualitatif dikenal teknik pengumpulan data : observasi (field observation), focus Group Discussion, wawancara mendalam (depth interview) dan studi kasus. Sedangkan dalam riset kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data : kuesioner (angket), wawancara (biasanya berstruktur), dan dokumentasi. Periset dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari metode di atas tergantung masalah yang dihadapi.
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif. Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Hasil penelitian yang demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.
Penggunaan istilah ‘data’ sebenarnya meminjam istilah yang lazim dipakai dalam metode penelitian kuantitatif yang biasanya berupa tabel angka. Namun, di dalam metode penelitian kualitatif yang dimaksudkan dengan data adalah segala informasi baik lisan maupun tulis, bahkan bisa berupa gambar atau foto, yang berkontribusi untuk menjawab masalah penelitian sebagaimana dinyatakan di dalam rumusan masalah atau fokus penelitian.
Di dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu;
1. FGD (Focus Group Discussion)
Focus Group atau Group Interviewing adalah metode pengumpulan data atau riset untuk memahami sikap dan perilaku khalayak. Biasanya terdiri dari 6-12 orang yang secara bersamaan dikumpulkan, diwawancarai dengan dipandu oleh moderator. Moderator memimpin responden (peserta diskusi) tentang topik yang dipersiapkan melalui diskusi yang tidak terstruktur.
Dapat juga diartikan sebagai Fokus Group Discussion yang merupakan metode terakhir yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui diskusi terpusat yaitu upaya untuk menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti.
Ketika melaksanakan Focus Group Discussion, beberapa hal yang perlu diketahui periset adalah :
a. Tidak ada jawaban benar atau salah dari responden. Setiap orang (peserta FGD) harus bebas untuk menjawab, berkomentar atau berpendapat (positif atau negatif) asal sesuai dengan permasalahan diskusi.
b. Segala interaksi dan perbincangan harus terekam dengan baik.
c. Diskusi harus berjalan dalam suasana informal, tidak ada peserta yang menolak menjawab, peserta dapat memberikan komentar meskipun dia tidak ditanya sehingga terjadi tukar pendapat secara terus-menerus.
d. Moderator harus mampu membangkitkan suasana diskusi agar tidak ada yang mendominasi pembicaraan dan tidak ada yang jarang yang berkomentar (diam saja).
Dan secara umum, ada pula tahap dalam FGD di antaranya :
a. Priset mendefinisikan masalah.
b. Periset menentukan sampel. Karena FGD adalah riset terbatas, maka jumlah peserta diskusi (responden) pun sedikit, sekitar 6-12 orang. Atau jika lebih dari itu, kelompok diskusi bisa dimuat dua. Periset harus menentukan bahwa responden yang terpilih dapat dianggap mewakili beberapa orang yang lain.
c. Menyiapkan sarana atau fasilitas diskusi. Periset harus menentukan moderator beserta panduan wawancara (interview guideline), tape recorder, video tape recorder, kamera, alat tulis, meja kursi bahkan makan minum responden.
d. Tahapan pelaksanaan diskusi. Diskusi bisa dilaksanakan dimana saja (di hotel, ruang pertemuan, ruang kelas, di rumah), tergantung kesepakatan bersama antar peserta diskusi.
e. Analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul dari diskusi berbentuk data mengenai interaksi (nonverbal) dan perbincangan (conversation).
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara periset dengan seseorang yang berharap mendapatkan informasi, dan informan sebagai seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu obyek (Berger, 2000: 111).
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dugunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada dua jenis wawancara dalam penelitian yaitu :
a. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive-interview) dan kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam.
b. Wawancara dalam riset kuantitatif, biasanya bersifat terstruktur (dilengkapi dengan data terstruktur) dan sebagai penambah data yang diperoleh dari kuesioner. Terkadang alternative jawaban sudah disiapkan oleh periset.
Jenis-jenis wawancara
Ada beberapa jenis wawancara yang biasa ditemukan dalam kegiatan riset :
a. Wawancara pendahuluan
Pada wawancara jenis ini, tidak ada sistematika tertentu, tidak terkontrol, informal, terjadi begitu saja, tidak diorganisasi atau terarah. Wawancara jenis ini biasanya digunakan untuk mengenalkan periset kepada orang yang akan diriset. Periset perlu mengorbankan waktu untuk berkenalan atau beramah tamah dengan infroman (responden) sebelum mewawancarai, apakah pada saat itu juga atau pada saat lain. Pada dasarnya wawancara ini bertujuan untuk membangun konfidensi periset pada informannya (respondennya).
Informan adalah seseorang atau anggota kelompok yang diriset yang diharapkan mempunyai infromasi penting. Wawancara ini menjadi pembuka yang bisa membuat terbujuk menyampaikan informasi kepada periset. Baru kemudian oleh periset dilanjutkan pada wawancara yang lebih mendalam. Dala riset kualitatif, jenis wawancara ini berguna dalam upaya menciptakan rapport (kepercayaan informan kepada periset).
b. Wawancara terstruktur (structured interview)
Pada jenis wawancara ini, periset menggunakan pedoman wawancara (interview guide/schedule), yang merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang mengarahkan periset dalam melakukan wawancara terpimpin. Pertanyaan yang akan diajukan kepada responden sudah disusun secara sistematis, biasanya mulai dari yang mudah menuju yang lebih kompleks.
Wawancara jenis ini, biasanya digunakan pada riset kuantitatif, misalnya survey, sebagai data tambahan pertanyaan dalam kuesioner. bahkan sebenarnya, kuesioner dapat diklasifikasikan sebagai sebuah pedoman wawancara. Wawancara terstruktur menuntut periset mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang susunannya ditetapkan sebelumnya, dengan kata-kata yang persis pula. Jawabannya biasanya sudah baku, tinggal dipilih dari beberapa jawaban yang sebelumnya sudah disediakan periset. Pada periset pemula, wawancara terstruktur ini sangat membantu dalam mengarahkan risetnya agar tidak melenceng. Namun, periset harus mempelajari dan memahami pedoman wawancara agar wawancaranya berlangsung lancar.
Contoh pertanyaan, riset tentang Tanggapan Mahasiswa Unifa terhadap pembangunan gedung baru 9 lantai. :
• Bagaimana tanggapan anda terhadap pembangunan gedung baru 9 lantai Unifa?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
c. Wawancara semistruktur (semistructured interview)
Pada wawancara semistruktur ini, pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Wawancara ini dikenal pula dengan nama wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin. Artinya, wawancara dilakukan secara bebas, tetapi tearah dengan tetap berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan terlebih dahulu.
Disini, pedoman permasalahan yang akan ditanyakan merupakan atau pijakan dalam melakukan wawancara. Kemudian periset dimungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga dimungkinkan mendapatkan data yang lebih lengkap.
Contoh :
Bagaimanakah pendapat anda terhadap akan di bangunnya gedung Unifa menjadi 9 lantai?
d. Wawancara mendalam (depth interview).
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau infromasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.
Adapun karakteristik wawancara mendalam, di antaranya :
1) Wawancara mendalam memerhatikan bukan hanya jawaban verbal informan, tapi juga observasi yang panjang mengenai respons-respons nonverbal informan.
2) Wawancara mendalam ini biasanya dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali-kali. Tidak seperti wawancara yang biasa digunakan dalam survey yang mungkin beberapa menit, sebuah wawancara mendalam bias menghabiskan waktu berjam-jam. Bahkan bila perlu pewawancara sampai harus melibatkan diri hidup bersama informan guna mendapatkan pola informasi yang sesuai dengan risetnya.
3) Wawancara mendalam sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara. Semakin kondusif iklim wawancara (keakraban) antara periset (pewawancara) dengan informan, maka wawancara dapat berlangsung terus dengan baik.
Alasan menggunakan wawancara
Memberikan kemudahan misalnya dalam melakukan wawancara dengan merekam, apakah orang yang diwawancarai tahu atau perekaman secara sembunyi. Sehingga memudahkan analisis.
Bagaimana wawacara yang baik.
Singarimbun (1995:93) memberikan gambaran tentang ada beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan dalam wawancara, yakni :
a. Situasi wawancara yang meliputi tempat, waktu, kehadiran orang lain, dan sikap masyarakat.
b. Responden, yang mencakup karakteristik sosial, kemampuan menagkap pertanyaan, kemampuan menjawab pertanyaan.
c. Isi wawancara yang mencakup peka untuk ditanyakan, sukar untuk ditanyakan, sumber kekhawatiran.
d. Pewawancara : karakteristik sosial, keterampilan berwawancara, motivasi dan rasa aman.
Sedangkan untuk teknik wawancara yang baik, yang biasanya selalu diterapkan oleh peneliti. Teknik ini biasanya terdapat dalam wawancara mendalam, antara lain :
a. Periset harus menjamin anonimitas
Artinya periset harus menjelaskan kepada informan (responden) bahwa apa yang mereka sampaikan dijamin kerahasiaannya dan tidak ada seorang pun di luar periset yang dapat mengenal siapa penyedia informasi tersebut.
b. Pastikan bahwa periset telah bertindak akurat.
Artinya periset seharusnya merekam melalui tape record untuk menyakinkan bahwa dia telah mendapatkan informasi akurat. Jika tidak memungkinkan membawa alat perekam, peneliti bias menggunakan catatan. Jika tidak memungkinkan juga, misalnya karena informan tidak bersedia, maka periset secepatnya harus menulis apa saja hasil wawancara sesaat setelah usai wawancara, jangan ditunda-tunda karena dimungkinkan lupa.
c. Hindarkan pertanyaan yang mengarahkan jawaban
Artinya dalam mengarahkan adalah mengarahkan jawaban informan agar menjawab dalam cara tertentu. Sehingga informan seakan-akan tidak bisa menjawab dengan sesuka hatinya. Contoh pertanyaan yang mengarahkan jwaban :
“Apakah ini karena Guru Anda lebih menyukai Pria daripada Wanita?”. Seharusnya, “Apa yang lebih disukai Guru Anda, Pria atau Wanita?”
d. Mintalah informan mendefinisikan istilah-istilah yang tidak dipahami.
Artinya periset diharuskan menanyakan kembali terhadap istilah-istilah yang digunakan informan sewaktu menjawab pertanyaan, yang belum dipahami periset.
e. Tetap fokus
Artinya periset harus memastikan agar pertanyaannya tetap fokus pada permasalahan riset.
f. Periset harus memastikan pertanyaannya jelas dan bias dimengerti oleh informan.
Artinya, jika ada pertanyaan kita yang tidak jelas dan akan membingungkan sehingga kita menerima jawaban yang tak berguna juga. Dalam hal ini, informan mungkin mempunyai keinginan untuk menjawab dengan akurat. Tapi, karena mereka memahami pertanyaan berbeda dengan maksud periset, maka mungkin jawaban informan tidak sesuai dengan pertanyaan periset..
g. Periset tidak segan meminta contoh dan penjelasan mendetail
Artinya periset diharapkan tidak cepat berpuas diri terhadap jawaban infroman. Periset seharusnya berupaya mendorong informan untuk memberikan j awaban panjang lebar dan mendetail. Misalnya, dengan memberikan pertanyaan :”Apa yang terjadi, siapa yang terlibat, mengapa itu terjadi, apa hasilnya” dan lain-lainnya.
h. Periset harus menyiapkan pertanyaan sebelum wawancaraaftar pertanyaan, tak terstruktur, dimana peneliti biasanya tidak menggunakan daftar pertanyaan, naumn agar wawancara berjalan efektif dan dapat menggali data sesuai permasalahan, periset harus menyiapkan beberapa pertanyaan penting. Agar wawancara terkesan informal dan alami, pertanyaan-pertanyaan itu lebih baik disimpan dalam memori periset, diingat-ingat berulang-ulang.
Langkah-langkah Wawancara
a. Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan.
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
c. Mengawali atau membuka wawancara.
d. Melangsungkan alur wawancara.
e. Mengonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
f. Menuliskan hasil wawancara.
g. Identifikasi tindak lanjut hasil wawancara.
Analisis (pengkodingan) hasil wawancara
Setelah melakukan wawancara, maka langkah terbaik yang dilakukan periset adalah secepatnya mengkoding hasil wawancaranya itu. Jangan menunda-nunda pengkodingan karna biasanya setelah kegiatan wawancara, periset seyogianya mencari tempat yang memungkinkan dia bebas dari segala gangguan untuk melaksanakan pencatatan.
Dalam kegiatan pengkodingan (pencatatan) ini, periset membaca ulang seluruh material wawancara dan mencoba mendapatkan garis besar atau gambaran umum hasil wawancara. Setelah itu, periset membuat transkrip wawancara. Setelah itu, periset membagi lagi transkrip wawancara ke dalam topik-topik. Selanjutnya, topik-topik ini dipisahkan berdasarkan kategorinya sesuai tujuan riset. Kategori ini harus dapat mengcover semua transkrip wawancara dan diusahakan tidak tumpang tindih antarkategori. Dari masing-masing kategori ini, periset selanjutnya menganalisisnya.
3. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan arti dari observasi yang merupakan proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Atau dengan kata lain observasi adalah kegiatan yang setiap saat kita lakukan. dengan perlengkapan pancaindra yang kita miliki, kita sering mengamati objek-objek di sekitar kita. Misalnya, sebelum kita memutuskan untuk berkenalan lebih jauh dengan seorang gadis, kita mengamati kebiasaan-kebiasaannya bahkan agar mampu menarik hati orang tua gadir tersebut, kita mengamati apa kegemaran orang tuanya si gadisi.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua di antaranya :
a. Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
Observasi berperan serta adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi, observasi ini dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang kan diamati.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber dalam penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai pada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak
Contoh :
Dalam suatu perusahaan, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan lain, hubungan karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lain-lainnya.
b. Observasi Nonpartisipan
Observasi nonpartisipan adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasinya. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Dalam observasi nonpartisipan ini, peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Contoh :
Dalam suatu pemilihan ketua kelas, peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku mahasiswa dalam hal menggunakan hak pilihnya. Dalam interaksi dengan teman-teman sekelasnya. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku mahasiswa dalam pemilihan ketua kelas.
Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna yang dimaksud adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Manfaat Observasi
• Peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh.
• Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung.
• Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain.
• Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara.
• Peneliti dapat mengungkapkan hal-hal yang ada di luar persepsi responden.
• Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang diteliti.
Adapun objek observasi :
1. Space : Ruang dalam spesifiknya
2. Actor : Orang yang terlibat dalam situasi sosial
3. Activity : Seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
4. Object : Benda-benda yang terdapat di tempat itu
5. Act : Perbuatan / Tindakan tertentu
6. Event : Rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang
7. Time : Urutan Kegiatan
8. Goal : Tujuan yang ingin dicapai
9. Feeling : Emosi yang dirasakan dan diekspresikan orang-orang
Tahapan Observasi:
Ada beberapa tahap yang biasa dilakukan periset dalam observasi. Tahap-tahap ini merupakan karakteristik observasi. Antara lain :
a. Periset melakukan pemilihan (selection) terhadap fenomena yang akan diriset. Pemilihan ini berkaitan dengan permasalahan yang diambil.
Contoh :
Bila seorang Jurnalis bermaksud meriset sebuah media tentang “Kebijakan Redaksional Harian Pagi Makassar dalam menampilkan rubrik Metro Makassar”. Maka, ia akan memilih dengan mengamati cara kerja orang redaksi hingga redaktur. Rapat redaksi, pemuatan berita, pemilihan berita dan sebagainya
b. Bisa terjadi, periset menerapkan strategi pengubahan atau memprovokasi. Strategi ini bermaksud memberikan rangsangan agar terjadi perilaku tertentu dari subjek riset. Namun demikian tidak bermaksud merekayasa perilaku, unsur kewajaran perilaku masih tetap terjaga.
Contoh :
Riset tentang “Pengaruh model pada perilaku membeli”. Periset menempatkan dua wanita sebagai model pada pusat perbelanjaan, model tersebut berpura-pura sebagai peminta-minta sumbangan. Kemudian, periset menambahkan lagi seorang model yang berpura-pura menjadi pemberi sumbangan. Hasilnya, bahwa terjadi dua kali lebih banyak pemberian sumbangan bila ada teladan atau model daripada tidak sama sekali.
c. Pencatatan adalah upaya yang melakukan perekaman atas peristiwa yang diobservasi. Pencatatan ini bisa hanya menggunakan alat tulis saja atau juga dibantu alat perekaman elektronik. Misalnya kamera tersembunyi (hidden camera).
d. Pengkodingan artinya membuat data yang ada dalam pencatatan yang lebih sederhana sehingga mudah dibaca
e. Observasi dilakukan untuk tujuan empiris, sesuatu yang dapat dijelaskan secara empiris.
4. Survei
Penelitian survei adalah pengumpulan data dari suatu populasi dengan memilih sampel Survei tidak selalu identik dengan kuesioner (meski teknik pengumpulan data survei seringkali menggunakan kuesioner karena berhubungan dengan sampel berjumlah besar). Dalam praktiknya, terkadang pelaksanan survei tidak hanya menggunakan kuesioner atau angket, namun dilengkapi dengan wawancara atau observasi.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk melakukan penelitian survei, antara lain:
a. Penelitian survei dapat digunakan untuk sampel yang besar.
b. Penggunaan kuesioner dapat menghasilkan data/informasi yang beragam dari setiap responden/individu dengan variabel penelitian yang banyak.
c. Data yang diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.
Jenis Survei
Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya dan perlakuan terhadap sampel.
a. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan menggambarkan kondisi populasi.
b. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan berulang untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
c. Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang sama namun dengan sampel berbeda untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
d. Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu.
e. Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
Tahapan Survei
Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni:
a. Menentukan masalah penelitia
b. Membuat desain survei
c. Mengembangkan instrumen survei
d. Menentukan sampel
e. Melakukan pre-test
f. Mengumpulkan data
g. Memeriksa data (editing)
h. Mengkode data
i. Data entry
j. Pengolahan dan analisis data
k. Interpretasi data
l. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.
Pelaksanaan survei tersebut dilaksankan sebelum kegiatan . Data data survey dapat diperoleh melaluli beberapa metode yakni pengamatan langsung, wawancara semi struktural dan pertemuan dengan instansi terkait dan pemerintah setempat.
5. Angket/kuisoner
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang disusun untuk menyelidiki suatu gejala. Kuisioner merupakan suatu instrumen penelitian yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan meminta untuk tujuan mengumpulkan informasi dari responden. Meskipun mereka kuisioner dirancang untuk analisis statistik dari semua jawaban, ini tidak selalu terjadi. Kuesioner ditemukan oleh Sir Francis Galton.
Kuesioner memiliki beberapa keunggulan dibandingkan jenis lain survei lain yaitu lebih murah, tidak memerlukan banyak usaha seperti survei verbal atau telepon, dan sering memiliki jawaban standar yang membuatnya sederhana untuk mengkompilasi data. Namun, jawaban standar tersebut dapat menggagalkan pengguna. Kuesioner juga tajam dibatasi oleh fakta bahwa responden harus mampu membaca pertanyaan dan tanggapan kuisioner. Dengan demikian, untuk beberapa kelompok demografis melakukan survei dengan kuesioner mungkin tidak praktis.
Sebagai jenis survei, kuesioner juga memiliki banyak masalah yang sama yang berhubungan dengan konstruksi pertanyaan dan kata-kata yang ada di jenis-jenis jajak pendapat.
Jenis-jenis Kuisioner
Suatu pembedaan dapat dibuat antara kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengukur variabel terpisah, dan kuesioner dengan pertanyaan yang dikumpulkan menjadi baik skala atau indeks. Kuesioner dalam kategori umumnya bagian dari survei, sedangkan kuesioner dalam kategori yang terakhir umumnya bagian dari tes.
Kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengukur variabel yang terpisah, bisa misalnya memasukkan pertanyaan-pertanyaan pada:
a. preferensi (misalnya partai politik)
b. perilaku (misalnya konsumsi makanan)
c. fakta (misalnya jenis kelamin)
Kuesioner dengan pertanyaan yang dikumpulkan menjadi baik skala atau indeks, termasuk untuk pertanyaan contoh yang mengukur:
a. laten sifat (ciri-ciri kepribadian misalnya seperti ekstroversi)
b. sikap (misalnya terhadap imigrasi)
c. indeks (misalnya Status Ekonomi Sosial)
6. Dokumen
a. Dokumen adalah surat-surat atau benda-benda yang berharga, termasuk rekaman yang dapat dijadikan sebagai alat bukti untuk mendukung keterangan supaya lebih meyakinkan. Ada beberapa buku yang menganggap dokumentasi sebagai sebuah metode pengumpulan data. Anggapan ini biasanya terjadi dalam riset-riset historis, yaitu bertujuan untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif. Buku ini menganggap bahwa dokumentasi merupakan instrument pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.
b. Contoh :
c. Yang berupa foto USG merupakan dokumen pertama yang didapatkan oleh si anak. Selanjutnya ketika anak itu lahir akan mendapatkan surat kelahiran, kemudian ketika menyelesaikan sekolah akan mendapatkan ijazah, dan ketika dewasa akan mendapatkan KTP. Ketika menikah akan mendapatkan surat nikah dan seterusnya pada saat bekerja akan mendapat surat keputusan, lalu mendapatkan surat pensiun jika sudah lanjut usia sampai akhirnya akan mendapat surat kematian saat meninggal dunia.
d. Dari definisi di atas, terlihat bahwa dokumen itu lebih luas dari pada surat. Surat hanya sebagian kecil dari dokumen. Dalam bidang administrasi perkantoran, sebagian besar dokumennya memang berupa surat.
Sumber:
http://id.shvoong.com/business-management/marketing/2280337-pengertian-kuisioner-angket/
http://ekhalpiant.blogspot.com/2012/04/teknik-pengumpulan-data.html
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/kakao-1775
http://bincangmedia.wordpress.com/2011/10/05/membahas-tuntas-penelitian-survei/
Sunday, 29 July 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment