RSS
Facebook
Twitter

Sunday 29 July 2012

Teori-teori Proses Penuaan

A. Teori Biologis 1. Teori Radikal Bebas Radika bebas adalah produk metabolism selulr yang merupakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini meliki muatan ekstraselular kut yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya (molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membrane sel), mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel (Christiansen dan Grzybowski, 1993). Proses metabilosme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar. Secara spesifik oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas. (Ebersole dan Hess, 1994). Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa pengoksidasi ini. Penelitian tentang peran radikal bebas sedang dilakukan. Sebagai hasilnya, terdapat minat yang besar penggunaan vitamin seperti A, C, E dan niasin pada masa kini untuk menetralkan efek radikal bebas dan memperpanjang hidup. 2. Teori Cross-Link Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin, komponen jaringn ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel, cross- linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul- molekul yang normalnya terpisah (Ebersole dan Hess, 1994). Saat serat kolagen yang awalnya dideposit dalam jaringan otot polos, molekul ini menjadi renggang berikatan dan jaringan menjadi fleksibel. Seiring berjalannya waktu, bagaimanapun, sisi aktif pada molekul lebih berikatan erat; sehingga jaringan menjadi lebih kaku (Christiansen dan Grzybowski, 1993). Kulit menua merupakan contoh cross-linkage elastin. Contoh cross- linkage jaringan ikat terkait usia usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, dan tenton kering dan berserat (Ebersole dan Hess, 1994). Usaha penelitian ditujukan pada faktor penyebab yang dapat menurunkan dan pengaruh cross- linkage. 3. Teori Imunologis Beberapa teori menyatakan bahwa penurunan atau perubahan dalam keefektifan system imun berperan dalam penuaan. Mekanisme selular tidak tak-teratur diperkirakan menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui autoagresi atau imunodefisiensi (penurunan imun) (Ebersole dan Hess, 1994). Tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing; system imun menyerang dan menghancurkan jaringan sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap. Dengan bertambahnya usia, kemampuan system imun untuk menghancurkan bakteri, virus, dan jamur melemah; bahkan system ini tidak memulai serangannya sehingga sel mutasi terbentuk beberapa kali. Destruksi bagian jaringan yang luas dapat terjadi sebelum respons imun dimulai. Disfungsi system imun ini diperkirakan menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, serta infeksi. 4. Teori Genetik Clock Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. 5. Teori Mutasi Somatik (teori error catastrophe). Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik. sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope. B. TEORI PSIKOSOSIAL 1. Teori Disengagement Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pokok-pokok disangagement theory a. Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah. b. Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik. c. Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan: 1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup 2. Proses tersebut tidak dapat dihindari 3. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat. Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss) : 1. Kehilangan peran (loss of role). 2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship). 3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values) Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah: 1) Meningkatnya radikal bebas. 2) Memanipulasi sistem imun tubuh. 3) Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan. Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar (eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. Proses menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bisa meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang dialaminya (Nugroho, 2000). 2. Teori Aktivitas Teori aktivitas tidak menyetujui teori disengagement dan menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Kerja klasik oleh Lemon et al. (1972) mengusulkan bahwa orang tua yang aktif secara social lebih cenderung menyesuaikan diri terhadap penuaan dengan baik. Penelitian setelah itu telah menunjukkan bahwa lansia dengan keterlibatan social yang paling besar memiliki semangat dan kepuasanhidup yang tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif daripada lansia yang kurang terlibat secara social. Akan tetapi, beberapa pendapat mengemukakan bahwa penuaan terlalu kompleks untuk dikarakteristikan dalam cara sederhana tersebut. Mereka beralasan bahwa teori ini mengasumsikan lansia memiliki kebutuhan yang sama seperti dewasa tengah. Selain itu, teori ini tidak menunjukkan dampak dampak biopsikososial atau adanya kehilangan kemampuan untuk mutipel lansia untuk melanjutkan aktivitas. Konsus pendapat umum bahwa banyak terdapat variable lain yang mempengaruhi respons penuaan di mana dalam teori ini tidak dijelaskan secara adekuat. 3. Teori Kontinuitas Teori kontinuitas atau teori perkembangan (Neugarten, 1964) menyatakan bahwa kepribadian tetap sama dan perilaku menjadi lebih mudah diprediksi seiring penuaan. Kepribadian dan pola perilaku yang berkembang sepanjang kehidupan menentukan derajat keterikatan dan aktivitas pada masa lansia. Berdasarkan teori ini, kepribadian merupakan faktor kritis dalam menentukan hubungan antara aktivitas peran sebagai teori yang menjanjikan karena teori ini menunjukkan kompleksitas proses penuaan dan kemampuan adaptif seseorang. Beberapa berpendapat bahwa teori ini terlalu sederhana dan tidak mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi respons seseorang terhadap proses penuaan. Daftar Kepustakaan 1. Robert W. Keefover MD : The Neurology of Aging, Neurologic Clinic, Vol l6. Number 3 Augts l998. 2. Mary B. Carman, Ph.D : The Psychology of Normal Aging, Psychiactric Clinic of North Americas, vol. 20, Number l, March 1997. 3. Beverly A. Baldwin : Principles and Practice of Psychiatric Nursing, Gerontological Psychiatric Nursing, Chapter 35, St Lois Mosby Year Book, 1995. 4. Harold I. Kaplan, MD, Benjamin J. Saddok, MD : Comprehensive Textbook of Psychiatry/ IV, Six ed, William Wilkins, 2539 – 2545, 1995. 5. Joseph A. Flaherty, MD et.al : Psychiatry Diagnosis & Therapy, 2nd ed, International Edition, Prentice-Hall International Inc, 335- 348,1993. 6. Boedhi-Darmojo dr. Prof : Demografi dan Epidemiologi Golongan Lanjut Usia, Simposium Geriatri, Papdi cab. Mks, 18 Maret 2000.

0 comments:

  • Total Pageviews

    Ns.Tursino.Skep. Powered by Blogger.
  • Contact Form

    Name

    Email *

    Message *